Hari Ketigapuluh Delapan

4.1K 325 23
                                    

Bau-bau mencurigakan dari Winzy dan Nana tercium sejak pagi hari keenam orang ini berkumpul untuk berangkat. Meski tanpa Reksa dan Bening memang kurang lengkap rasanya, tapi mereka berenam tetap berlibur karena sayang saja jika harus berdiam diri, meski kurang dari seminggu mereka sudah harus pulang.

"Gak ada yang lupa barangnya, kan?" tanya Nana pada Winzy ketika semua orang tengah berjalan untuk keluar rumah.

"Udah kok."

Mobil yang disediakan pihak SM ada tiga. Dua diantaranya memiliki lima seat, dan satu lagi memiliki tujuh seat. Terdiri dari dua di depan, tiga di tengah, dan tiga kursi di belakang. Mobil ini dipakai hanya ketika ada trip berdelapan, atau biasanya mereka semua memakai dua mobil dalam sekali jalan. Akan tetapi, Jean mengusulkan untuk membawa satu mobil saja agar praktis.

Pembagian kursi dibagi menjadi dua orang dua orang. Kali ini, Nana yang menyetir pertama kali. Dia dan Winzy duduk di depan, Jean dan Karin memilih paling belakang, jadilah Gigi dan Haykal yang di tengah.

Rencananya, keenam orang ini akan mengunjungi Patung Liberty dan Jembatan Brooklyn sebagai destinasi pertama, dilanjur makan siang di The Marshal, kembali melanjutkan perjalanan ke The Rink at Rockfeller, belanja oleh-oleh di Macy's Herald Square dan mengunjungi pusat jajanan di New York, lalu diakhiri makan malam di Gramercy Travern.

Gigi sudah mereservasi meja di restoran The Marshal dan Gramercy Travern sehak kemarin untuk antisipasi tempat itu penuh. Mobil keluar rumah tepat saat jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Mereka sepakat untuk sarapan dulu di Starbucks, maka dari itu arah mobil kini bergerak ke gerai kopi tersebut.

"By, coba googling jalannya," ucap Nana pada Winzy di sebelahnya.

"Hp kamu mana?"

"Tas kamu. Aku titip, kan sebelum berangkat?"

Winzy membuka tas tangannya. Gadis itu mengeluarkan ponsel Nana dan mulai mencari jalan untuk ke Starbucks. Mobil mereka memang belum dilengkapi layar yang menunjukkan map. Jadul memang, tapi tidak wajib di protes karena liburan kali ini benar-benar gratis.

Sewaktu Winzy mulai mengetikkan Starbucks, dia tidak sadar sejak tadi keempat orang di belakangnya bingung. Bau-bau mencurigakan yang sempat dibahas adalah mengenai sikap Nana yang terlampau lembut, dengan panggilan aku-kamu. Semua orang sebenarnya telah biasa mendapati sikap Nana yang tak pernah kasar pada Winzy, tapi panggilan itu adalah hal yang tak biasa. Selain Haykal dan Gigi, belum ada yang menapaki jejak mereka untuk mengubah panggilan dalam percakapan.

"Lo berdua jadian ya?" Suara Jean terdengar di belakang.

"Winzy sama Nana ya? Iya, gue juga curiga," ucap Haykal ikut-ikutan.

"Ya memang harus jadian. Nanti kalo ga jadian, gue lagi yang disalahin." Nana membalas sambil tetap fokus pada jalanan di depannya.

"Beneran jadian? Astaga ... Gue bersyukur banget akhirnya lo berdua jelas," kata Karin dengan nada yang terdengar menggelikan.

"Sebagai Mamah Winzy, wajar nadanya begitu. Udah kayak emak-emak yang denger anaknya mau kawin." Haykal menimpali julid.

Gigi tertawa, "kawin, mah sebelum jadian juga udah."

Haykal ikut tertawa. Dua orang itu malah bertos ria karena satu frekuensi.

Mobil berhenti di area parkir Starbucks. Nana dan Winzy jadi yang pertama turun di susul Haykal dan Gigi, kemudian Karin dan Jean. Mereka berenam masuk ke sana. Memesan beberapa roti serta kopi, lalu duduk.

"Video Call Reksa yuk?" ajak Winzy antusias. Gadis itu sudah mengeluarkan ponsel.

"Di Indo jam berapa, sih?" tanya Gigi.

One Month Trip (Nct Dream x Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang