Sebenarnya, ide untuk mengunjungi Lea di rumah sakit saja sudah terdengar buruk bagi Karin. Gadis itu benar-benar tidak berekspektasi Lea akan menyukainya, atau menunjukkan sikap bersahabat padanya. Karin jelas tahu posisinya saat ini. Bagi Lea, mungkin dirinya hanyalah duri di tengah-tengah hubungan yang tengah Lea usahakan dengan Jean. Hanya saja, Karin sebenarnya memiliki bayangan bahwa setidaknya, Lea akan pura-pura menyambutnya ramah demi kesan yang bagus di hadapan Jean, tapi hal itu hanyalah bayangan belaka.
Nyatanya, Lea benar-benar tak perlu menutupi sikap aslinya, saat Karin mengulurkan tangan dengan senyuman samar di wajah, Lea hanya menatapnya.
"Kenapa? Lo gak mau kenalan sama gue?" tanya Karin dengan wajah datar sekarang. Jean sendiri hanya memperhatikan kedua gadis yang sedang berhadapan itu.
"Katarina Maudy Alana, lo gak punya simpati sedikit sama gue?" tanya Lea balik.
Kening Karin berkerut, tidak paham dengan maksud gadis berambut panjang lurus dicepol yang dan sedang duduk di tempat tidur rumah sakit, lengkap dengan infus yang terpasang di tangannya.
"I know you know." Lea hanya berucap singkat.
Karin tertawa pelan, dan itu sukses mengalihkan perhatian Jean pada Karin sepenuhnya. Dia tahu Karin tengah menahan kesal.
"Lo berharap gue gak ikut ya?"
Lea mengangkat kedua bahunya, gestur itu jelas memperjelas bahwa dirinya enggan lebih lanjut menjelaskan dan meminta Karin untuk tahu diri pada posisinya saat ini.
"Jean gak akan ke sini kalo gak gue minta, asal lo tahu," balas Karin dingin.
Lea menoleh cepat pada Jean usai Karin berucap begitu. Dia menggelengkan kepala, lengkap dengan ekspresi tidak percaya di wajahnya.
"Kamu gak mungkin minta izin ke dia cuma mau jengukkin aku, kan Je?"
Jean yang hanya berdiri dengan kedua tangan dilipat di dada, memilih berjalan mendekat ke arah Karin dan berdiri di sebelahnya.
"Dia pacar gue Le, jadi apapun yang gue lakuin juga berdasar dari pemikiran dia," kata Jean tenang. Tangan kanannya meraih tangan Karin, menggenggamnya erat di depan Lea.
Meski kata pacar sebelumnya tidak benar-benar ada, Karin cukup tersanjung dengan pengakuan itu. Apalagi, ketika tangan Jean juga ikut andil untuk menggenggam tangannya, memberikan gestur menenangkan seolah Karin harus percaya padanya.
Hati Karin menghangat. Seorang Jean Romeo selalu bisa membuat perasaan Karin melambung tinggi. Beda dengannya, Lea sendiri enggan menatap adegan romansa macam novel di depannya itu, dan memilih untuk melihat ke arah kakinya yang tertutup selimut rumah sakit. Jean melepas genggaman tangannya, lalu menarik dua kursi untuk Karin dan dirinya duduk.
Jean menumpukan lengan di tempat tidur Lea setelah Karin duduk di sebelahnya. Jean rasa, inilah waktunya dia meminta penjelasan tentang apa yang Lea lakukan beberapa waktu lalu. Jean dari tadi sudah menahan rasa ingin tahu, perihal kamera yang diduga Lea pasangkan di rumah mereka.
Jujur saja, Jean tak pernah semarah ini pada orang, tapi karena Jean masih sadar bahwa rumah sakit bukanlah tempat untuk menumpahkan rasa marah, jadilah Jean hanya akan bicara secara baik-baik dengan Lea.
"Le, lo tahu kan gue sayang sama lo sebagai sahabat?" tanya Jean sesaat setelah keheningan menguasai mereka bertiga.
Lea mengangkat kepalanya dan menoleh pada Jean, sedangkan Karin hanya memperhatikan karena dia sadar bahwa Jean tengah menggiring topik obrolan mereka, ke kasus kamera yang memang membuat geram satu rumah.
"Kamu gak pernah sayang sama aku lagi sejak ada Karin," ucap Lea pelan.
"Kenapa bisa berpikiran gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Month Trip (Nct Dream x Aespa)
Lãng mạnSM Culture sebuah agensi yang terkenal dengan program liburan gratisnya di TV, kini kembali mengadakan One Month Trip selama satu bulan di Amerika. Hanya dengan memenangkan nomor undian di acara pengumuman mereka, bagai menang lotere, 8 orang akan d...