Hari Keduapuluh Tujuh

3.2K 318 16
                                    

Karin dan Jean ada di sini sekarang. Jika kalian mengira Jean mengajak Karin keluar rumah, nyatanya Jean sama sekali tidak membawa Karin keluar. Pria itu malah membawa Karin memasuki kamarnya.

Sudah lama Karin tidak masuk ke kamar Jean. Terakhir kali, justru Jean yang selalu masuk kamarnya. Menunggunya bersiap dan bercengkrama di sana. Kamar Jean masih sama. Terkesan manly meskipun dinding ruangan yang ada di rumah ini sebetulnya tidak ada yang dicat gelap. Hampir keseluruhan dinding kamar di rumah berwarna krem atau putih tulang. Hanya satu yang bisa menandai ini kamar Jean, kerapihan pria itu patut diacungi jempol.

Ah, kembali ke persoalan alasan Jean menyeretnya ke sini. Tubuh Karin yang tadinya memunggungi Jean karena memperhatikan keseluruhan kamar, kini berbalik. Dia mendapati Jean berdiri dan menatapinya dalam.

"Kenapa?" tanya Karin, memutuskan buka suara terlebih dulu.

"Ardya siapa?"

Karin terdiam sejenak. Dia tidak menyangka Jean akan langsung pada intinya. Padahal, pria itu sendiri yang bilang bahwa tujuan membawanya ke sini adalah untuk menjelaskan perihal Lea.

Kenapa malah jadi Karin yang di introgasi?

"Lo sendiri kenapa ninggalin gue gitu aja semalem?"

Jean menggigit bibir. Dia paling tak suka ketika pertanyaannya berbalas pertanyaan. Kendati memang yang salah di sini adalah dirinya, tapi seharusnya kalimat tanya Jean dijawab oleh Karin terlebih dulu, kan? Bukannya malah gadis itu balik bertanya.

Hanya saja, yang dihadapinya saat ini adalah Katarina Maudy Alana. Sosok yang menjelma menjadi seseorang yang entah kenapa membuat Jean tak mampu keras kepala, apalagi membantah. Agaknya Karin berhasil membuatnya jadi pria penurut, alih-alih Alpha Men seperti julukkan orang-orang di kantor.

"Lea meninggal."

Satu kalimat, dengan nada pelan dan raut wajah agak sendu, membuat Karin membelalakan mata. Wajahnya terkejut bukan main, lantas dia berjalan mendekat ke arah Jean, menatap khawatir pria itu.

"Terus gimana? Kok bisa? Kenapa gak ajak gue juga?" tanya Karin bingung.

Jean menggelengkan kepala, "itu yang mau gue jelasin. Gue minta maaf. Kayaknya gue panik kemarin malem. Dari kalimat Mama Lea semalem, gue pikir Lea koma atau sakit parah kayak biasanya, tapi gak tau kenapa perasaan gue gak enak. Gue refleks buru-buru ke RS. Di tengah jalan, gue emang sempet nyesel gak ngajak lo, tapi Mama Lea telepon gue lagi minta gue cepet. Ternyata alesannya adalah biar gue ngeliat Lea di saat-saat terakhir."

Jean yang menjelaskan, tapi Karin yang shock berat.

Oke, let say Lea hanya stranger yang benar-benar orang asing dalam hidupnya. Akan tetapi, sejak dia dekat dengan Jean dan tahu bahwa hubungan Lea dan Jean tidak sesederhana itu, kabar meninggalnya Lea membuat Karin terkejut. Lea memang cukup gila, bahkan sangat gila ketika dia memasang banyak CCTV di rumah yang mereka tempati di sini. Meski begitu, ketika tahu bahwa alasan dibaliknya adalah karena mental Lea tidak sedang baik-baik saja, apakah itu adalah kesalahan dia sepenuhnya?

Kita bahkan tidak tahu sejauh mana ketahanan mental seseorang, dan Lea adalah bukti nyata bahwa tidak semua orang bisa menerima kenyataan pahit dalam hidup.

Karin melangkah lebih dekat, dia membawa Jean ke dalam pelukkan.

"It's okay. Dia udah gak sakit lagi, Je."

Jean mengangguk, "I know. Gue rasa juga hubungan persahabatan gue dan Lea makin merenggang sejak dia masang cctv dan nguntit gue. Jadi, setelah Lea gak ada, rasa kehilangannya juga gak terlalu lama."

One Month Trip (Nct Dream x Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang