Hari Ketigapuluh

3.2K 260 9
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasa. Sudah dua hari terlewati sejak liburan bersama-sama kemarin. Tidak ada yang berubah. Karin dan Jean semakin hari semakin mesra, Reksa Bening terlihat menjauh menjaga jarak setelah hubungan mereka putus dua hari silam. Gigi dan Haykal terlihat paling biasa saja, maksudnya keduanya terlihat mesra di beberapa waktu, dan akan bertengkar karena hal kecil--paling banyak karena Haykal menyulut emosi Bening-- Gigi tentu saja kerepotan jika Haykal sudah ada di mode gelut seperti itu.

Sedangkan Winzy ... bagaimana menjelaskannya? Gadis itu sudah banyak berubah. Terlihat menikmati hidupnya sendiri, terkadang keluar sendirian padahal Winzy jarang melakukannya selama ia ada di New York.

Nana beberapa kali terlihat mendekati Winzy, mencoba untuk mengajak gadis itu bicara setelah dia juga membiarkan Winzy sendiri selama dua hari ini. Waktu terus bergulir, bukan berarti Nana tidak ingin mengerti gadis itu, tapi Nana ingin setelah liburan ini keduanya bisa kembali seperti sedia kala.

Dirinya tidak mau membiarkan masalah diantara keduanya berlarut-larut. Lebih cepat lebih baik. Kendati begitu, Winzy masih terlihat enggan membiarkan Nana bicara padanya. Di pagi hari saat sarapan, Winzy tak pernah bergabung padahal menu pagi itu dimasak olehnya. Saat siang hari, Winzy mendekam di kamar atau pergi keluar sendirian, disaat Nana sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Nana menyadari dirinya salah, tapi dia sudah berniat untuk memperbaikinya, dan diamnya Winzy saat ini akan Nana anggap sebagai hukuman.

Hanya saja ... bukan berarti Nana tidak akan berusaha. Dia akan terus mengajak Winzy bicara. Malam ini, Nana menunggu Winzy pulang di ruang tamu. Dia melihat gadis itu keluar siang tadi, lagi-lagi sendirian.

Ketika jam dinding menunjukkan pukul sembilan malam, suara gerbang rumah terdengar dibuka. Nana berdiri dengan gugup di depan pintu, kemudian ketika benda cokelat itu terbuka, wajah Winzy tampak kaget sebelum tak lama dia memasang wajah dinginnya kembali.

"Mau keluar?" tanya Winzy tampak terganggu karena Nana menghalangi jalannya.

"Gue nunggu lo," jawab Nana.

Winzy hanya mengangguk-angguk saja tanpa bertanya apapun. Gadis itu masuk, menabrak Nana seolah tubuh jangkung pria itu tak kasat mata di penglihatannya.

"Win," panggil Nana.

"Kunci pintunya, udah malem." Gadis itu tetap berjalan meninggalkan Nana di ambang pintu, tanpa sadar Nana mengikutinya setelah mengunci pintu.

Nana berjalan perlahan di belakang Winzy, dan saat gadis itu membuka pintu kamar serta hendak menutupnya, kaki Nana maju, mencegah Winzy menutup pintu.

"Bisa gak, gak usah nyulut emosi gue malem-malem?"

Nana menggeleng, "sebentar aja. Gue mau ngomong," ujar Nana memohon.

Winzy menghela napas, lalu mengeluarkannya perlahan. Dia membuka pintu lebih lebar, kemudian sambil melipat kedua tangan di dada, dia menatap Nana.

"Kalo omongan lo berbobot, gue mau dengerin, kalo enggak, gue tutup pintu ini kenceng-kenceng depan wajah lo."

Nana menelan ludahnya kasar. Dia balas melihat kedua mata Winzy dengan yakin.

"Ini tentang masalah gue dan Misya. Gu-"

"Topik lo gak berbobot. Gue mau tidur," potong Winzy kemudian menutup pintu, lagi-lagi Nana menginterupsi. Tangan pria itu masuk dan hampir terjepit oleh pintu putih kamar Winzy.

"LO GILA?" pekik Winzy.

Nana diam saja. Dia menarik tangannya setelah Winzy membuka lebar-lebar pintunya lagi.

Winzy terlihat kesal sekali, tampak frustrasi karena tak bisa mengusir Nana. Akhirnya dia mengalah. Gadis itu berdecak, "Oke, I'm all ears."

Nana tersenyum tipis, "Gue minta maaf karena ninggalin lo begitu aja ketika dapat kabar bahwa Misya ditemuin."

One Month Trip (Nct Dream x Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang