Hari Keduapuluh Sembilan

3.6K 293 23
                                    

Suara tawa dari mobil Jean terhenti karena tiba-tiba suara seseorang masuk. Winzy yang pertama kali menghentikan tawanya, segera mencolek Jean dan Karin yang masih tertawa karena tak sadar ketika Bening masuk ke mobil mereka.

"Gak usah berhenti mainnya, tapi gue tidur sini ya?" tanya Bening dengan tatapan penuh harap.

Karin mencubit paha Jean, memberi kode agar Jean berpindah mobil saja. Pria itu hanya mengangguk seolah sudah paham bahwa Bening butuh teman cerita.

"Reksa tidur sendirian berarti? Yaudah, gue tidur di mobil lo ya," ujar Jean sambil mengambil jaket yang digantung.

"Sorry ya lo jadi harus pindah."

Jean hanya mengacungkan jempol dengan cengiran khasnya. Cowok itu bukannya malas menanggapi, tapi memang tidak terpikirkan jawaban lain untuk sekedar basa-basi. Akhirnya dia keluar dari mobil, meninggalkan tiga perempuan di sana.

"Gue panggil Gigi deh." Winzy berdiri, memanggil Gigi untuk pindah mobil sebentar. Malam ini sepertinya akan menjadi girls talk bagi mereka, jadi Gigi tak boleh ketinggalan sekalipun saat ini mungkin saja Gigi sedang cuddle dengan Haykal.

Hal yang terjadi selanjutnya adalah kini Karin, Gigi, Winzy dan Bening duduk di mobil dengan pintu terbuka. Camper Van memang memiliki ruang agak luas yang merangkap jadi dapur juga. Keempatnya sengaja membuka pintu mobil agar udara segar masuk.

Di bagian tengah mobil yang luang, sudah di gelar beberapa kasur lantai yang bahannya tebal dan empuk. Jangan bayangkan kasur berwarna biru dengan motif bunga di tengah yang biasa ditemukan di pasaran, jelas mereka tidak akan menggunakan itu karena bisa-bisa keempatnya sakit pinggang.

Lupakan soal permasalahan kasur lantai, keempatnya sudah duduk melingkar. Di tengah ada sebuah meja bundar berukuran sedang, tempat di mana Karin meletakkan beberapa kaleng minuman bersoda.

"Gue tahu lo ke sini bukan cuma pengen tidur sama-sama, tapi juga ada sesuatu, kan?" tanya Karin membuka percakapan.

"Yes. Tell us. Siapa tahu bisa bikin lo lebih baik." Gigi ikut menanggapi.

Winzy hanya diam. Dua kalimat dari Karin dan Gigi sudah cukup mewakili keinginannya juga.

Bening menarik napas, kemudian menghembuskannya pelan. Hanya saja, bukannya dia mulai bercerita, Bening malah menangis. Gadis itu memeluk kedua lututnya, dan tangisnya makin pecah.

Gigi yang duduk di sebelah Bening, menarik bahu gadis itu dan memeluknya dari samping dengan tangan yang menepuk-nepuk kepala Bening pelan.

Karin menatap Winzy dengan pandangan tanya, sedangkan gadis itu juga belum bisa memberitahu Karin sebelum Bening sendiri yang bicara.

"If you are not ready yet, it's okay. Kita paham dan bisa nunggu hati lo lebih baik," kata Gigi menenangkan.

Cukup lama menunggu Bening meredakan tangisnya hingga dia sesenggukkan, dengan tangis yang mulai mereda. Gadis itu juga sudah mengangkat wajah semenjak dia membenamkannya di bahu Gigi tadi.

Karin membuka kaleng kola dan memberikannya pada Bening. Gadis itu menerimanya, lalu meminumnya cepat seolah kehausan.

Menangis pastilah menguras ketahanan mental gadis itu.

Usai minum, Bening terdiam sebentar. Sebenarnya, menangis tidak ada dalam agendanya sama sekali, tapi entah kenapa setelah melihat teman-temannya, dia tidak bisa menahan. Sudah lama Bening menahan diri ketika sikap Reksa berbeda. Dia hanya mengeluh pada dirinya sendiri ketika sikap Reksa terasa sangat mencurigakan. Bening tak pernah berpikir, bahwa dirinya yang paling tersakiti saat beberapa fakta perjodohan Reksa terungkap. Dia paham Reksa juga merasakan frustrasi yang sama beratnya dengan Bening. Jadi, Bening jelas sadar bukan hanya dia yang merasa sakit. Bahkan ketika semuanya terkuak, Bening masih menahan semuanya sendirian. Memilih untuk tak bercerita pada siapapun, hingga Winzy memancingnya.

One Month Trip (Nct Dream x Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang