Hari Kedelapanbelas

5K 364 10
                                    

"Lo bisa masak sejak kapan, sih Win?"

Karin bertanya setelah mereka semua selesai sarapan pagi, dengan nasi goreng Kimchi. Mereka semua membagi tugas, Karin dan Gigi mencuci piring, sedangkan Winzy diminta diam saja. Akan tetapi gadis itu lebih memilih memperhatikan kedua temannya mencuci piring. Bening sendiri membersihkan meja dibantu Reksa.

"Dari kecil sih Rin. Kenapa emang?"

"Enak banget. Udah pro itu, tinggal buka catering," ujar Karin serius. Kedua tangannya sibuk menyabuni piring kemudian memberikannya pada Gigi untuk dibilas.

Winzy tertawa, "belum ada waktu, Rin."

"Jadi chef gue aja gimana? Gaji lo berapa di Maestra? Gue bayar lebih gede dah." Gigi berujar.

Karin menyenggol Gigi, "mana mau Gi kalo udah sedeket itu sama Nana."

"Mau bayar berapa? Lima puluh gue pikirin, lah," kata Winzy dengan nada menantang.

"Lima puluh ribu? Bisalah."

"Lima puluh juta ege! Dikira lima puluh ribu cukup buat apaan?"

Gigi tertawa, "yakali kan. Kalo segitumah gue pecatin aja semua chefnya."

"Keteteran dong gue? Udah gaji kecil kerja rodi pula!"

Gigi dan Karin tertawa mendengar itu. Topik obrolan mereka kemudian beralih ke hal lain. Mulai dari kehidupan Gigi sebagai businesswoman, hingga pekerjaan manusia budak korporat macam Karin dan Winzy.

Semua piring telah dicuci, meja makan juga sudah terlihat rapih seperti semula. Karin berjalan menuju pantry dapur dan mengambil gelas. Mengisinya dengan air putih dan meminumnya. Sedang serius-seriusnya minum, rambut Karin terangkat membuat Karin refleks berhenti minum dan menoleh ke belakang.

"Serius lo gak ada suara apapun tiba-tiba ada di belakang?" Karin mendelik pada pelaku yang tiba-tiba ada di belakangnya itu.

Jean hanya tersenyum lebar hingga matanya menyipit, "gak gerah rambutnya digerai dari tadi?" tanya Jean.

"Gerah, sih. Cuma tadi gak sempet ngiket," jawab Karin seadanya.

Jean tersenyum tipis, lalu kembali memegang rambut Karin yang hitam bergelombang itu. Kebetulan pria itu tadi membawa ikat rambut yang entah punya siapa. Jean temukan itu di meja ruang tengah.

Pria itu mengikat rambut Karin jadi satu, "rambut lo bagus banget, sih."

Karin tersenyum bangga, "jelas dong."

Jean yang selesai mengikat rambut Karin, memegang kedua bahu gadis itu dan membalikkan tubuhnya hingga keduanya berhadapan.

"Mau ke mana hari ini?" tanya Jean sambil menyampirkan rambut Karin yang tersisa ke belakang telinga.

"Emang mau ke mana? Tadinya mau diem aja di rumah," ucap Karin. Dia meletakkann gelas di meja pantry, lalu
tangannya bergerak memainkan kalung yang berbandul cincin rosario, yang modelnya sama dengan miliknya.

"Kenapa gak dipakai di jari?" tanya Karin dengan pandangan tak lepas dari cincin itu.

Jean menatap ke bawah, ke arah kalungnya, "ribet. Gini, kan lebih safety gak ilang-ilangan."

Bicara soal cincin, Jean membelinya beberapa hari yang lalu tanpa Karin tahu. Tidak ada arti apa-apa, Jean hanya ingin memiliki barang yang modelnya sama dengan Karin.

"Lo pernah punya barang couple gak sebelumnya sama cewek?" tanya Karin penasaran.

Jean memperhatikan raut wajah gadis itu. Wajah Karin yang kecil terlihat manyun, lalu datar kembali dengan tangan kanan tetap asik memainkan kalungnya.

One Month Trip (Nct Dream x Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang