Hari Ketigapuluh Tiga

3.3K 264 49
                                    

Pasca Winzy kehujanan untuk pertama kalinya di Newyork, gadis itu jadi demam. Bersin-bersin hingga batuk dirasakan Winzy saat ini. Jadilah dia hanya bergelung di tempat tidur dengan Nana yang berulang kali mengecek keadaannya.

Mata Winzy terbuka setelah dia tertidur sepulangnya dari Sephora. Tempat tidur Winzy memang menghadap langsung jam dinding, jadi ketika membuka mata dia bisa melihat hari masih gelap. Jarum jam mengarah ke angka satu. Artinya, ini jam satu pagi. Kepala Winzy pening bukan main, tapi saat tangan kanannya hendak beranjak untuk memegang kepala, rasanya berat. Barulah dia sadar kepala Nana ada di sana. Menindih lengannya dengan posisi tubuh yang duduk di bawah.

Winzy jadi tak tega menarik lengannya, meski sebenarnya rasanya dia akan kesemutan. Dilihatnya wajah Nana yang sekarang terlelap. Bulu matanya lentik, dengan alis tebal yang membuat wajah Nana tampan. Hidungnya mancung, terlihat meluncur ke bawah seperti perosotan. Bahkan, kulitnya sehat sekali. Dalam keadaan sakit begini saja, Winzy iri melihat kulit Nana yang tidak ada jerawat ataupun komedo. Benar-benar mulus.

Mata Winzy beralih ke langit-langit kamar. Dia jelas mendengar Nana mengatakan 'I Love You', tapi kenapa pria itu sama sekali tak mendeklarasikan hubungan mereka? Winzy sama sekali tak mengerti, tapi jauh di lubuk hatinya, Winzy juga tak bisa menampik bahwa dirinya masih suka pada Nana. Dia sudah jatuh sejatuh-jatuhnya pada seorang Antariksa Nana Davindra.

Winzy menarik lengannya pelan sekali, tapi tetap membuat Nana akhirnya terbangun.

"Lo bangun?" tanya Nana dengan suara seraknya, "ada yang sakit? Badan lo sejak tadi panas banget, sini gue periksa." Nana mendekat. Winzy juga baru sadar keningnya ditempeli kompresan seperti bye bye fever.

"Panasnya agak turun ya? Kompressannya masih dingin ga?" tanya Nana.

Winzy mengangguk saja. Rasa dinginnya memang masih terasa.

"Yaudah, lo lanjut tidur lagi. Besok pagi gue dateng lagi," ujar Nana lalu berdiri dan mencium kening Winzy sebelum berjalan meninggalkan kamar Winzy malam itu.

Hening. Rasanya hening dan agak kosong ketika Nana tidak ada di sana. Hanya saja, karena rasa peningnya semakin berat, Winzy memutuskan untuk tidur lagi.

.

Pukul delapan pagi Nana sudah sibuk di dapur. Jean yang baru saja bangun dan hendak mengambil air putih, jadi menarik kursi dan duduk tak jauh dari tempat Nana memasak. Tak lama, Reksa dan Haykal juga entah kenapa mengikuti Jean. Ketiga pria itu yang bahkan belum cuci muka, sudah ada di dapur memperhatikan Nana tanpa sebab.

"Lo pada daripada nganggur, bikin apa kek buat sarapan," ucap Nana. Sambil menunggu beras yang dimasaknya melunak, dia memotong-motong wortel dan kentang lalu merebus ayam.

"Mau bikin bubur? Tumben banget sarapan pake bubur?" tanya Reksa yang memperhatikan bahan-bahan yang dibawa Nana dari pantry dan kulkas.

"Winzy sakit."

"Lah? Si Bocil sakit? Perasaan kemarin gue sama dia ngobrol, anaknya masih sehat," ujar Haykal terkejut.

"Lo apain Na?" Jean bertanya sambil memicing curiga.

Nana memukul pelan Jean dengan centong bersih yang baru diambilnya.

"Lo pikir gue apain dia sampe dia demam?" tanyanya sarkas.

Jean hanya mengelus kepalanya saja sambil tersenyum geli.

One Month Trip (Nct Dream x Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang