Hari Ketigapuluh Enam

3.8K 325 56
                                    

Halaman depan rumah tampak asri dan lebih rapih. Sebenarnya sejak sisa hari mereka di New York semakin sedikit, beberapa tanaman mulai di rawat kembali. Sepertinya si pemilik rumah ingin semuanya kembali seperti semula ketika peserta One Month Trip pulang ke rumah masing-masing.

Reksa sebenarnya tak tahu tujuannya membawa Bening ke halaman depan ini untuk apa. Jika dipikir-pikir kembali, Reksa dan Bening telah benar-benar selesai. Mereka tidak bertengkar seperti pasangan lain yang masalahnya bisa di selesaikan, Reksa dan Bening adalah kasus berbeda.

Bagaimana bisa keduanya berbincang tentang masalah yang bahkan tak yakin bisa keduanya selesaikan?

Reksa hanya dengan impulsif menarik Bening karena tak mau gadis itu pada akhirnya sendirian di ruang tengah, disaat semua orang melakukan sesi deeptalk dengan pasangan masing-masing.

Kecuali Nana dan Winzy. Entah apa yang mereka berdua lakukan, Reksa tak mau tahu.

Bening juga sama. Sejatinya dia tak punya hal apapun untuk dikatakan. Gadis itu tidak punya cukup keberanian nencegah Reksa menikah.

Memangnya bisa apa Bening?

Dia dan Reksa bahkan belum genap sebulan menjalin kekasih. Gadis itu tidak kenal keluarga Reksa. Hanya dengan alasan itu saja Bening merasa tidak bisa mencegah apapun kendati dirinya masih mencintai pria itu.

Hening yang menyesakkan terjadi selama beberapa menit, hingga suara dering dari masing-masing ponsel milik Bening dan Reksa, jadi hal pertama yang memecah keheningan itu. Mata keduanya tanpa alasan bertemu sebelum mengalihkan fokus, dan menjawab panggilan telepon.

Reksa berdiri. Pria itu jadi orang pertama yang menjauh dan menerima panggilan di ruang tamu.

Sedangkan Bening tidak beranjak dari tempatnya.

"你好 (Ni Hao)?" Bening menyapa. Gadis itu memang terbiasa menjawab telepon dari keluarganya dengan Bahasa Cina.

"Apa liburanmu belum selesai?" tanya suara Mama di seberang sana.

"Tinggal beberapa hari aja, kok. Kenapa Mama telepon?"

"Bisa pulang besok? Kalo mau berangkat lagi juga gapapa. Satu atau dua hari aja di sini."

"Loh nanggung banget? Ini New York, Ma bukan Jakarta. Kalo aku pulang sekarang, ya yaudah aku gak usah balik lagi aja ke sini."

"Ya itu terserah kamu Bening. Siapa tahu kamu masih mau di sana, kan."

"Emang kenapa nyuruh aku pulang?" tanya Bening bingung.

"Papa sakit. Gak parah sebenernya, tapi masuk RS sekarang."

Untuk sepersekian detik, Bening diam. Gadis itu mencerna kalimat Mamanya.

"Hey? Are okay darling? Everything is okay, kok Mama cuma mau kamu pulang karena siapa tahu mau liat keadaan Papa."

"Aku oke Ma. Kaget aja tadi. Diagnosa dokternya apa?"

Ada jeda sebentar sebelum Mama menjawab pertanyaan Bening, "dokter bilang Papa mu kebanyakkan lembur. Dia emang sempet lembur seminggu ini, makanya langsung drop. Biasalah, kalo udah berumur memang gitu."

"Yaudah, Ma. Aku coba bicarain ini ke anak-anak ya. Kayaknya, aku gak akan balik lagi ke sini. Waktunya terlalu mepet."

"Allright, Thank you Honey. Kabarin kalo kamu berangkat besok ya."

"Iya, Ma."

Panggilan pun terputus. Bening menarik napasnya perlahan, lalu menghembuskannya. Papanya itu memang sulit sekali dinasihati. Padahal satu keluarga sudah sering memarahinya agar tak terlalu sering lembur.

One Month Trip (Nct Dream x Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang