Hari Ketigapuluh Sembilan (3)

2.9K 254 15
                                    

Seminggu setelah insiden kekasihnya yang sakit, Karin sudah bekerja normal kembali. Gadis itu duduk di kursi seperti biasa dengan rok span pendek sedikit di atas lutut, kemeja putih dan dasi pita merumbai warna hitam. Rambutnya disanggul rapih. Meski Customer Service bukanlah orang yang duduk di depan meja resepsionis kantor, tapi mereka memang diwajibkan serapih itu, karena beberapa orang terkadang mengajukan keluhan secara langsung.

"Cerah banget muka lo?"

Karin yang sedang melihat list client di layar komputer, merotasikan bola mata.

"Gue emang cantik kalo lo lupa," ucapnya pada Vega, teman kerjanya.

Vega tertawa, "gue masih gak nyangka lo bisa liburan sama Pak Jean."

"Lo literally udah ngomong soal ini semingguan ini ya, Ve!"

Vega tertawa pelan, "by the way, Pak Jean mana ya? Gak keliatan lewat lobby sejak pagi." Vega celingukan, mencari presensi CEO, nya di pagi hari.

"Gak akan ketemu. Dia ada meeting di luar bareng investor Aussie."

"Loh?" Vega mendorong kursinya mendekat ke arah Karin, "sejak kapan tahu schedule Pak Jean? Yang tahu di kantor ini cuma Mbak Naya loh?"

Nayala Renada, adalah Sekretaris pribadi Jean. Sudah sejak Jean pertama kali menjabat CEO di perusahaan ini. Naya sudah menikah dan punya tiga orang anak.

"Tadi gue denger Mbak Naya ngobrol sama orang resepsionis Vega! Udah deh, sana lo kerja!"

Vega berdecak, dia kira Karin memiliki hubungan spesial. Tidak, Vega sama sekali tidak iri. Dia merasa beruntung jika Karin jadi orang terdekat Jean, dengan begitu Vega bisa sedikit melobby atasannya yang galak itu agar bisa melonggarkan izin cutinya di kantor.

Karin sendiri tidak ada kesepakatan menyembunyikan hubungannya dengan Jean di kantor. Jean sama sekali tidak membahas atau meminta hal itu pada Karin. Gadis itu berinisiatif sendiri untuk tidak membocorkannya pada orang kantor demi ketenangannya bekerja. Biarlah Jean sendiri yang membuka hubungan mereka di kantor nanti. Toh Karin tahu Jean bukanlah tipe yang mau hubungan backstreet seperti itu.

Beberapa jam berlalu. Setelah menangani client yang datang langsung maupun di layanan online, jam istirahat tiba juga. Biasanya, Vega dan Karin akan menutup sesi layanan sementara karena kantor mereka menerapkan aturan seperti itu. Layanan Customer Service dibuka pukul sembilan pagi, akan ditutup selama satu jam pada pukul dua belas hingga satu siang. Barulah akan dibuka kembali hingga pukul empat sore nanti. Karin sendiri terkadang mengambil lembur jika kasus Client nya belum selesai.

"Mau makan apa?" tanya Vega. Keduanya sudah keluar gedung. Sedang menimang-nimang apakah harus masuk ke restoran Jepang langganan mereka yang ada di depan kantor, atau pergi ke restoran lain.

Akan tetapi, Karin punya rencana lain.

"Ve, gue ada janji makan siang."

"Oh iya? Keberatan gak kalo gue join?" tanya Vega.

"Sebenernya enggak sih ... Cuma kayaknya lo gak akan mau?" ujar Karin ragu.

Vega mengerenyitkan dahi, "kenapa? Siapa emang yang mau lunch bareng lo? Oh, lo udah ada pacar Rin?"

Karin tidak menggeleng ataupun mengangguk sampai sebuah mobil hitam yang amat sangat Vega dan Karin kenali berhenti di depan mereka. Seseorang turun dari sana dan Karin bisa melihat mata Vega melebar.

"Oh gosh! Lo ..."

"Udah nunggu lama? Tadi meeting nya baru selesai. Aku laper banget, kamu mau makan di mana?" Seseorang itu, Jean bertanya dengan santai pada Karin. Dengan jas yang sudah dilepas, serta kemeja putih yang digulung hingga siku, Jean terlihat jauh jauh lebih attraktiv saat ini.

One Month Trip (Nct Dream x Aespa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang