Main Idea

16 3 0
                                    


Begitu Arthur sudah mendengar percakapan Kiran dengan dua Cattergirn, ia lebih mudah menggali lebih dalam. Kali ini Kiran harus lebih dekat sedikit lagi, agar ada celah lagi. "Tuan Cattergirn, kalau anda ingin melihat produk saya bisa langsung kerumah saya. Kediaman Fujiwara", panjang lebar Kiran menjelaskan.


Lalu, Dallen melihat kartu nomor teleponnya dan serta detail kartunya. "Rupanya, anda ini tipe orang pecinta biru ya? sama seperti rumor nya", Dallen berbicara sambil memasukkan kartu itu ke dalam sakunya.


"A-apa itu?", gugup Kiran.

"Rumor beredar, Fujiwara memprioritaskan warna biru sebagai warna ciri khas mereka. Ternyata itu benar.. saya melihat sendiri", tersenyum lebar.

"Ah ya~, saya suka warna biru.. biru menandakan ketenangan",

"Tidak seperti marga nomor 1 ya?",

"Siapa?", tanya polos Kiran.


"Tentu saja! Marga Ree, sesuai dengan karakter mereka.. merah. Mereka mengartikan warna merah adalah garis keturunan darah terus menerus, yang sebagai ikatan janji keluarga", anak tomboy ini ternyata suka membicarakan hal berbau Ree.

'Duhh.. bisa gawat nih kepancing ikut-ikut marga Ree..', khawatir Kiran akan hal itu.

"Maaf nona Kiran, adik saya memang terobsesi tentang marga Ree.. maafkan kelakuan adik saya", Cattergirn pertama meminta maaf.

"Ah ya~, tidak apa! Saya tau beberapa orang sedang menggali informasi tentang keluarga Ree bahkan ingin ikut campur", perkataan Kiran membuat kepancing Dallen untuk membuka suara.

"Bagaimana pendapatmu?",

"Hal apa?",

"Marga Ree, dia kan ngalahin posisi Fujiwara setiap tahunnya.. bahkan belum pernah diposisi kedua.. apa rasanya diselalu nomor 2?",


Kiran baru menyadari itu. Bukan masalah karena ia berbicara nomor 2 dan lainnya. Setiap Dinella berbicara hal yang ingin ia ketahui dan targetnya.. selalu menatap tajam dan fokus terhadap lawan bicaranya.


"Rasanya.. sedikit terguncang karena turun menurun anak tidak bisa mengalahkan generasi Ree sekarang.. tapi yasudahlah, itu tidak penting lagi",


Dallen langsung bangkit dari duduk nya di meja. Tanpa ragu ia berdiri dihadapan Kiran lalu jongkok. "Apa anda kerja sama dengan Ree?". Jantung Kiran berdetak kencang dan cepat. Tidak tau apa yang harus ia katakan. Kelihatan sekali Kiran gegalapan.


"Dallen.. apakah pertanyaan itu terlalu sensitif?", Kakaknya menarik tangan Dallen untuk sedikit menjauh dari Kiran.

"Tentu tidak, tapi.. saya sudah lelah ingin bersaing..", gadis berambut biru itu menunduk dan berbicara pelan.

"... Oh? maaf saya membuat anda bingung. Kita sudahi saja hari ini. Kakak.. tolong antar dia", perintah Dallen. Dengan santainya, ia memerintahkan Kiran untuk pulang. 'Ahh apa aku diusir?', pikirnya.

Choose! Fairly Together!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang