Impossible Mind

18 3 0
                                    


Arthur merasa sudah lama berada di rumah lamanya, kali ini ia akan pulang bersama Ayla. Kini para pelayan bisa beraktivitas kembali karena boleh masuk kegedung 4. Sebelum pulang, Arthur ingin melihat-lihat bangunan lama yang ia dulu tinggali, yaitu bangunan 3. 'Berantakan banget..?', Arthur agak bingung melihat bangunan yang tua begini harusnya kalau rusak dirawat. 


Ia pikir ini perbuatan Kiran saat itu. Laki-laki itu menyuruh beberapa pelayan, termasuk pelayan yang bekerja sudah lama dari ia kecil, untuk membereskan sisa kekacauan. Tugas itu dikerjakan sangat cepat oleh mereka.


Arthur kembali berjalan-jalan, tentu saja ruangan favoritenya adalah kamar lama miliknya. Ruangannya masih sama, buku, kasur, dinding, bahkan semua masih sama.. kecuali jendela yang dulu sering ia buka sekarang ditutup pakai kayu. "Huff...", Arthur berharap ia masih kecil dan belum mengerti apapun dunia. 


Selagi melihat buku lamanya, 1 foto terselip dan jatuh tepat kakinya. Saat ia memungutnya, Arthur melihat dirinya sedang bahagia saat mendapat penghargaan pertamanya. Ia foto bersama Karo dan kedua orangtuanya. 'Ternyata dulu aku bisa tersenyum begini?'.


Ia menyimpan disaku jas lalu menutup kembali pintu kamarnya. Lalu pelayan kepercayaannya menemuinya ruang tamu untuk mengecek semua yang harus diperbaiki. Pelayan itu melihat ada bekas goresan besar disekitar ruang tamu, lalu ia menawarkan untuk memperbaikinya.


 "Tuan, apa ini perlu diperbaiki dindingnya? kami bisa menutupnya dengan-", Arthur mengisyaratkan untuk berhenti berbicara dan ia langsung berkata, "Biarkan saja, itu bukan kekacauan dari si penyusup (Kiran)".


"Perbaiki saja isi perpustakaan dan rapihkan semua buku sesuai urutannya", tambahnya. Ia benar-benar tidak ingin memperbaiki dinding yang sedikit bolong itu. 


Pelayan itu paham dan kembali lagi mengecek pintu depan masuk gedung 3. Benar-benar banyak kenangan, tapi Arthur tidak akan tinggal disini lebih lama lagi. Ia keluar dari gedung 3 dan kembali ke gedung 4. 


Ayla sudah siap pulang dan diantar oleh Karo dan Leree sampai gerbang. "Terimakasih untuk semuanya!!!", gadis bertanduk merah itu memeluk mereka berdua. Ayla memeluknya dengan erat dan mengundang tawa Arthur karena muka kedua adiknya tersipu malu dipeluk oleh gadis itu. 


"Muka lu pada kocak anjay!", ejek Arthur kedua adiknya.

"Hump! kakak gamau peluk kita? Kita kan trio Ree yang belum pernah berpelukannn~", Leree memanyunkan mulutnya dan bertingkah kekanakan.

"Ga-, gelii", sinis Arthur.

"Peliittt!! BANG KARO! Kak Arthur nyebelin!", rengek Leree.

"Sudah-sudah.. mereka pengen pulang", Karo yang sibuk melerai mereka berdua.. tanpa sadar Ayla menatap Karo.

"Eh? Nona Ayla, ada apa menatap saya?", Karo jadi agak malu ditatap serius begitu.

Choose! Fairly Together!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang