3 Zayn si Makhluk Ansos

149 11 0
                                    

Zayn itu spesies makhluk yang enggak mau repot-repot peduli sama kesusahan orang lain. Terbukti dengan diamnya dia waktu Nayla sumpek menghadapi orang-orang yang menanyainya tentang hubungannya dengan Zayn.

Salahnya juga, sih, berani main-main sama idola sekolah. Padahal, Nayla niatnya beneran mau main-main, eh, yang lain malah nanggepinnya beneran. Apes banget, dah.

Selama beberapa hari bersekolah, Nayla diceng-cengin terus. Sampai capek sendiri dia. Nayla jadi nggak nafsu masuk ruang OSIS, dia jadi pengin di rumah aja. Rebahan sambil nonton tv, sama makan camilan. Kan enak. Nggak kayak di sekolah, bawaannya ribut mulu. Mana para penggemar Zayn nggak ada habisnya berdatangan entah dari mana, kayak uang kaget. Bedanya, kalau uang kaget membawa keberuntungan dan kebahagiaan, para penggemar Zayn membikin Nayla muak. Nayla ingin muntah. Tapi, terlalu sayang sama sarapannya.

Berkat ciwik-ciwik yang mengganggunya beberapa hari belakangan, Nayla jadi letih, lemah, lesu, nggak punya tenaga sama sekali. Memang menguras energi banget menghadapi mereka semua. Zayn juga bukannya bantuin, malah ngejauhin Nayla. Sebenarnya nggak papa, sih, biar gosip tentang keduanya nggak nambah besar. Tapi, ya, masa Zayn nggak ada niat bantu dikit gitu? Nayla capek ngurus masalah ini sendirian. Sementara Zayn asyik tebar pesona sana-sini.

Zizah, satu-satunya teman yang Nayla punya, menatap kawannya yang duduk di seberang itu dengan tatapan miris. Wajah Nayla pucat amat, kayak nggak pernah dicuci.

Nayla meletakkan sendoknya. "Nggak nafsu makan gue," katanya, setelah menghabiskan dua mangkuk soto, beserta tiga tusuk sate jeroan, dan gorengan yang entah jumlahnya berapa. Zizah nggak ngehitung.

"Nggak nafsu makan banget pasti," sahut Zizah, dibumbui sindiran.

Padahal, Nayla sebelumnya nggak pernah sampai memikirkan sesuatu sehebat ini. Nayla adalah orang paling santai yang pernah Zizah kenal. Digosipin deket sama cowok, mah, udah biasa. Emang dasar tampangnya yang cantik, jadi, banyak cowok yang doyan nemplok. Nayla nggak pernah, tuh, sampai pusing begini mikirin gosip-gosip sebelumnya. Tapi, gosipnya dengan Zayn ini memang agak beda.

"Apa gue keluar dari OSIS aja, ya?" Nayla mulai ngelantur.

"Lah, lo 'kan dari dulu suka banget sama OSIS. Ngapain keluar?" Zizah masih ingat betapa bahagianya Nayla saat dia ditunjuk sebagai anggota OSIS.

"Capek gue, Zi. Diceng-cengin mulu."

"Ngapain ambil pusing, sih? Lo 'kan udah biasa digituin."

Nayla sebenarnya juga nggak terlalu yakin kenapa pikirannya sampai sepusing ini. Apa karena dia keberatan? Tidak. Nayla bahkan tidak peduli. Apa karena dengan adanya berita dia dijodohin dengan Zayn, maka, dia jadi dibuli? Enggak juga. Nayla cukup bisa melindungi dirinya sendiri. Nayla bukan tipe orang yang akan diam saja ketika dibuli. Atau, Nayla nggak enak sama Zayn yang notabenenya nggak suka digunjingin?

"Atau gue pindah sekolah aja, ya?" soaknya kumat.

"Nggak pindah alam sekalian?"

"Jahat bener, lo." Nayla pura-pura tersakiti.

Zizah udah nggak tahan lagi. Rasanya, ingin sekali menyalakan tombol bodo amat pada diri Nayla. "Udahlah, barin aja. Nanti juga ketimbun, tuh, gosip. Siapa tahu nanti ada gosip lo tunangan sama Pak Didik." Zizah sama nggak tahu dirinya. Masa Nayla dibilang tunangan sama guru bahasa mereka yang usianya udah masuk kepala lima.

Nayla menatap Zizah ganas. "Lo aja sono kawin sama Bapak-Bapak."

Zizah terkekeh.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pak Didik jalan melewati meja mereka sambil bawa nampan. Melempar senyum manis pada Nayla dan Zizah. Keduanya sama-sama ingin pindah alam saja.

Hi, Amberlyyn! (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang