6 Secret Mission

85 10 0
                                    

"Proposal anggaran buat event mana?"

Inggie mendatangi Nayla di kelasnya begitu tahu kalau Nayla udah berangkat sekolah. Daripada dipecat dari jabatannya di OSIS dan kehilangan kesempatan emas buat dekat-dekat Zayn, Inggie mengikhlaskan dirinya untuk merunduk sedikit. Sekali saja.

Nayla mengeluarkan buku yang dimaksud Inggie dari tasnya, dan Inggie merebutnya begitu saja. Sewot amat.

"Buku-buku keuangan lain?"

Nayla mengeluarkan beberapa buku, yang langsung diambil pula oleh Inggie.

"Mulai sekarang, gue yang bakal tangani urusan keuangan. Karena itu emang tugas gue," ujar Inggie, yang kemudian, pergi begitu saja meninggalkan Nayla yang masih berusaha mencerna situasi.

Tumben Inggie sadar diri. Sejak kali pertama mereka ikut OSIS, Inggie emang udah sering ngelempar tanggung jawabnya pada Nayla. Dan Nayla iya-iya aja karena nggak mau terlibat masalah kalau ngehadepin orang kayak Inggie.

Sekarang, apa yang terjadi pada gadis itu? Agak panas kali, ya? Atau udah tobat, mungkin.

Syukur, deh, setidaknya beban Nayla jadi berkurang dikit. Setidaknya, Nayla nggak perlu lagi berurusan sama makhluk bernama Inggie. Setelah kabar dia dengan Zayn dijodohin merebak, kelihatan banget kalau Inggie, entah sengaja atau enggak, musuhin Nayla.

Inggie selalu melengos waktu nggak sengaja papasan sama Nayla. Dan Nayla nggak bakal lupa, bagaimana cara Inggie natap dia waktu tu cewek lagi kumpul sama gengnya. Seolah Nayla adalah mangsa empuk dan lezat buat digunjingin.

Meski agak nggak enak karena tiap kali ada kesempatan, Inggie selalu nunjukin rasa tidak sukanya pada Nayla, tapi, Nayla bodo amat aja. Terserahlah Inggie mau ngapain. Kalau mau duel juga Nayla jabanin. Inggie nggak tahu, sih, Nayla bisa wing chun. Meski cuma tahu dikit-dikit berkat nontonin Jackie Chan. Dan meski nggak pernah dijajal buat ngelawan seseorang, Nayla yakin dia cukup mampu kalau cuma bikin orang sekarat. Gampang.

"Nay ..."

Nayla menoleh dari tempat duduknya. Mimi mendatanginya dari pintu belakang kelas. Membawa sebuah buku di tangan, yang kemudian diserahkan ke Nayla.

"Di sini ada catatan hasil rapat kemarin. Aku catet karena kamu nggak masuk. Biar nggak ketinggalan kabar terbaru." Mimi senyum lebar. Mempertontonkan deretan giginya yang mungil. Imut banget, persis karakter Masha dalam serial kartun Masha and The Bear.

"Ya ampun, makasih banget. Gue emang lagi mau nanya rapat kemarin bahas apa aja. Makasih, Mimi." Nayla senyum lebar juga. meski nggak yakin bisa seimut Mimi. Malah mungkin lebih mirip si Bear, kali.

"Iya, by the way, mau ke kantin, nggak?"

"Kantin?"

Nggak banyak menu yang bisa dipesan di kantin hari ini, karena Bi Mina, orang yang nyewa kantin buat jualan, lagi nggak enak badan. Kantin cuma nyedian makanan ringan sama minuman biasa.

Mimi agak kecewa karena keinginannya buat beli ayam geprek harus kandas. Mimi memakan roti cokelatnya dengan enggan, berusaha menelan meski agak enek. "Kamu kemarin sakit apa? Beneran udah baikan?"

Nayla menelan es batu yang baru dikunyahnya. "Cuma pusing dikit. Udah aman sekarang."

"Kok nyemilin es?"

Nayla meringis. Mimi ini persis Ibuk-Ibuk yang kalau anaknya sakit, pasti nyalahin es.

"Harusnya jangan minum dingin dulu. Nanti pusingnya kambuh gimana?"

"Istirahat lagi. Libur lagi." Nayla meringis lebar-lebar.

Mimi menggeleng miris. "Oh, ya, Nay. Kamu udah tunangan sama Zayn?"

Hi, Amberlyyn! (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang