7 Nayla Ganjen

83 10 0
                                    

Jay benar-benar niat buat nyiksa Nayla. Seharian ini, dia nempelin Nayla terus. Udah kayak perangko. Nggak mau jauh-jauh dari Nayla walau cuma sejengkal.

Kalau kayak gini terus, bukannya Mimi yang cemburu, malah Nayla yang bakal kerepotan jadi trending topic lagi.

Masalah dengan Zayn saja belum kelar, sekarang Nayla bakal dikabarkan dekat dengan Jay. Jangan sampai orang-orang bilang bahwa Nayla selingkuh. Amit-amit!

"Tunggu sini!" Nayla menyetop langkah Jay. Ketua geng motor yang budiman itu pasti agak sarap. Masa dia mau ngikutin Nayla masuk ke toilet. Saking cintanya sama Mimi sampai hilang akal, atau mau nyari kesempatan dalam kesempitan, sih?

Setelah keluar dari bilik toilet, Nayla nyuci tangan di wastafel. Di sana, pujaan hati Jay tengah melakukan hal yang sama. Iseng, Nayla mencuri-curi pandang. Tumben nggak nyapa, tuh, ustazah.

Sadar dengan tatapan Nayla, Mimi balik menatapnya. Dia ngambil tisu dan bertanya, "Kamu pacaran sama Jay?"

Nayla langsung mengangkat kedua alis. "Ya?"

"Kalian ke mana-mana berdua terus dari tadi."

Eh? Apa ini? Nayla mencium aroma-aroma kecemburuan. "Oh, itu, ada urusan. Makanya, deketan terus."

"Urusan apa?" takut ketahuan terlalu kepo, Mimi buru-buru meluruskan, "kamu nggak lupa sama tugas buat surat permohonan dana, 'kan?"

Nayla mengambil tisu yang berada di belakang tubuh Mimi, sebisa mungkin menahan senyum. "Enggak, udah kelar. Tinggal minta tanda tangan ketos." Biar Mimi tambah penasaran, Nayla akhiri saja perbincangan ini. "Gue pergi dulu. Urusan gue sama Jay belum kelar." Nayla keluar toilet sambil mesam-mesem. Meninggalkan Mimi yang sepertinya tengah gundah gulana memikirkan hubungannya dengan Jay.

Saat sudah di luar, Nayla celingukan mencari keberadaan sosok Jay. Gila emang, giliran dibutuhin malah ngilang, tuh, bocah. Nayla terpaksa nyari Jay di gudang. Mau melapor kalau tugasnya sudah terlaksana. Nayla udah nggak sabar bebas dari cengkeraman Jay dan kacung-kacungnya.

Benar saja, Jay lagi ngerokok di depan gudang sama Bhaskara. Nayla langsung menghampiri mereka.

"Udah pipisnya?" tanya Jay enteng, begitu melihat kedatangan Nayla.

Nayla berdeham. "Gue ada berita bagus."

"Apa?"

"Mimi kayaknya emang suka sama lo," ujar Nayla bersemangat. Bayang-bayang kebebasan ada di depan mata.

Jay kontan membuang rokoknya yang tinggal setengah. Lalu, menghampiri Nayla. "Serius lo? Tahu dari mana?"

"Tadi waktu di toilet, Mimi nanya-nanya soal hubungan gue sama lo. Dari gerak-geriknya, bisa dipastikan dia punya rasa sama lo."

"Yakin nggak lo?"

"One hundred percent." Nayla mengangguk yakin.

Jay tersenyum lebar. Lebar banget, keterlaluan bahagia. Dia sampai pengin jingkrak-jingkrak. Namun, Jay menahan dirinya sendiri. Dia harus menjaga martabatnya sebagai ketua geng.

"Itu berarti, kita harus lebih nempel lagi, Nay."

"Lah, kok gitu?" katanya cuma mau cari tahu apa Mimi suka atau enggak. Sekarang waktu udah tahu, malah makin ngelunjak.

"Supaya Mimi tambah panas. Waktu dia hampir meledak, gue tembak aja sekalian. Biar jadi milik gue selamanya."

Aroma kebebasan lenyap sudah. Nayla menghela napas. Hidupnya emang nggak akan pernah tenang.

Jay tiba-tiba meluk Nayla. Sampai tubuh Nayla kaku sendiri dibuatnya. "Thanks, Nay, elo emang berguna ternyata." Jay menepuk-nepuk punggung Nayla kenceng banget, sampai Nayla terbatuk. Gila aja, dikira Nayla satu spesies sama dirinya yang kuat apa?

Hi, Amberlyyn! (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang