"Apa keunggulan kamu, yang tidak dimiliki oleh competitor-mu?"
Suara Zayn sebagai presentator, menggema ke seisi aula yang penuh sesak dengan para siswa yang menyaksikan debat calon ketua OSIS. Kursi-kursi penonton tertata rapi di depan podium yang terletak di seberang pintu masuk, diisi para pembina OSIS dan ketos-waketos saat ini. Dua calon ketos baru, berdiri berdampingan di depan mikrofon masing-masing.
Sorak-sorai menggema di ruangan tertutup itu. Membuat Nayla yang berjaga di belakang podium penonton, merasa pekak. Entah karena terlalu sibuk ke sana ke mari sejak tadi pagi, atau karena sarapannya hari ini yang berupa ikan nila yang belum sepenuhnya matang karena mamanya bangun kesiangan dan harus buru-buru berangkat kerja, perut Nayla rasanya mual.
Gerah dan berisik di ruangan itu membuat Nayla semakin tidak bisa menahan rasa nggak enak di perutnya. Sampai akhirnya, Mimi yang berdiri di dekatnya, menghampirinya.
"Kamu sakit, Nay?" tanya Mimi. Agak khawatir ngelihat wajah Nayla yang pucat, dahinya keringetan, dan tangannya nggak lepas dari perut sejak tadi.
"Gue mual banget."
"Mau diantar ke UKS? Atau mau dibeliin sesuatu?"
Nayla menggeleng. "Gue izin ke toilet. Lo tunggu di sini, bantu ngamanin acara."
"Tapi, kamu kayaknya lemas banget. Yakin nggak mau ditemenin?"
"Enggak." Nayla berusaha menegakkan badan. "Gue pergi sendiri aja, bentar lagi gue balik." Nayla menepuk bahu Mimi. Meyakinkan Mimi kalau Nayla bisa pergi sendiri.
Tapi, Mimi nggak bisa gitu aja ngebiarin Nayla pergi. Kalau Nayla nggak mau nerima bantuan darinya, setidaknya, Mimi harus cari seseorang yang bisa ngebujuk Nayla buat nggak pergi sendiri. Tapi, siapa? Zayn ada di depan sana.
Masa Jay.
Oh, Mimi tahu. Bhaskara!
Mimi celingukan nyari sosok Bhas di dekat kursi cowok-cowok. Bhas itu sosok yang mudah dicari. Soalnya, kumpulnya pasti sama Jay, yang radarnya bisa dirasakan sejauh dua meteran.
Nggak butuh waktu lama, Mimi menemukan sosok Bhas, duduk di kursi belakang. Bukannya nonton debat, malah asyik ngobrol sama ketawa-ketiwi. Tentu saja, ada Jay juga. Mimi menghampiri mereka.
"Bhas!"
Cowok-cowok itu menoleh.
"Iya?" Bhas mengernyit.
"Nayla lagi ke toilet. Katanya mual. Tadi mau aku antar nggak mau. Bisa tolong susul dia, nggak? Takutnya pingsan. Soalnya, mukanya pucat banget," jelas Mimi.
"Serius? Perasaan tadi masih mondar-mandir," heran Mizun.
"Itu anak emang udah ngeluh mual tadi pas ketemu gue," sahut Jay, yang berhasil membuat semua orang kontan mengernyit.
"Kapan lo ketemu dia?" tanya Bhas heran. Dia aja dari pagi belum ngobrol sama Nayla karena tu cewek sibuk banget.
"Gue yang bantu dia gotong-gotong meja dari ruang OSIS ke sini, kali. Lo semua lupa gue anggota OSIS?"
Gimana mau ingat? Jay bukannya ngebantu menjaga ketertiban acara, malah duduk bareng gengnya.
Bhas mengangguk. "Gue susul dia sekarang. Btw, ada yang bawa obat mag?"
"Buat apa?" tanya Mimi.
"Nayla magnya pasti kambuh. Makanya, mual gitu," balas Bhas. "Nanti gue beli di minimarket aja, deh. Gue pergi dulu," pamit Bhas, segera berlari keluar aula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Amberlyyn! (✓)
RomanceGimana rasanya dicintai sama makhluk ajaib? Ketua OSIS yang songong dan kejam kayak psikopat. Ketua geng motor yang kalau gabut kerjaannya gibahin orang. Mana yang akan kamu pilih? _______ Jul 2023, IshtarWinter