"Tunggu di sini!" Nayla menghentikan langkah agak jauh dari pintu toilet. Meski dia yakin kalau Bobi ini normal dan nggak mungkin berniat buat ngintip, tapi, kalau nanti ada yang lihat, Nayla juga yang harus susah ngejelasin.
Bobi nurut aja. Berdiri agak jauh dari pintu. Nggak mau juga debat segala. Males. Tahu begini, mending hari ini dia nggak berangkat aja sekalian. Lagian, acaranya juga cuma bazar sama pensi. Dia juga cuma anteng depan gerbang. Mending pulang terus mampir kafe nggak, si? Lebih enak.
Sialnya, karena ditempatkan di tempat yang dilalui banyak orang, Bobi jadi nggak punya waktu buat ngudut. Mumpung lagi di tempat sepi, dan Nayla juga baru aja masuk, Bobi mengeluarkan bungkus rokok dari saku celana. Mengambil satu batang, dan menyalakannya.
Kalau kerjaannya cuma mantau keadaan doang mah kecil. Tapi, bikin ngantuk juga. Mana dijadiin satu sama dua cewek rempong.
Coba kalau cuma Bobi, Jay, Mizun, sama Naufal, cerita bakal lain.
Nggak lama, Bobi menoleh ketika bahunya ditepuk seseorang. "Udah?"
Nayla mengangguk. "Lo mau balik sambil ngerokok gitu? Nggak takut ketangkep terus dihukum?"
Tanpa berniat menjawab pertanyaan Nayla, Bobi mengisap rokoknya lagi. Bobi menyandarkan tubuhnya pada dinding dan menatap Nayla yang berdiri di depannya.
Bobi nggak pernah benar-benar tertarik sama keberadaan Nayla sampai sekarang. Bahkan, saat harus berkali-kali ketemu karena Jay atau Bhas. Ternyata kalau dilihat baik-baik, Nayla lumayan. Nggak jablay kayak Inggie. Nggak terlalu kalem kayak Mimi.
Orangnya cantik, tinggi, mukanya kayak anak kecil, gemesin. Tapi, kelakuannya emang sebelas dua belas kayak Jay. Dua orang itu kalau disatuin kayak Tom and Jerry. Kagak pernah bisa akur.
Nayla punya segala hal yang dibutuhkan cewek buat jadi menarik. Pantes selalu banyak yang deketin. Tapi, emang orangnya aja yang nggak pekaan. Kira-kira kalau Bobi yang deketin, apa Nayla mau?
Punya pacar modelan kayak Nayla itu banyak susahnya. Anaknya suka tantrum, gampang nangis, dan manja banget. Tapi, justru semua sifat itu juga yang membuatnya jadi lebih menarik. Jiwa childish-nya punya pesona tersendiri di mata para cowok.
Bobi mengenyahkan pikirannya tentang Nayla. Membuang puntung rokoknya, kemudian merangkul Nayla agar jalan bersamanya. Nayla agak terkejut, nggak siap nerima beban lengan Bobi yang kerasa berat banget di pundaknya.
"Kira-kira kalau Zayn lihat kita rangkulan gini, dia bakal gimana, Nay?" Bobi tahu jawaban dari pertanyaannya sendiri. Bahkan, Jay saja sering hampir adu jotos gara-gara deketin Nayla. Yang itu pun dilakukannya cuma buat dapetin Mimi.
Mungkin Zayn bakal ngebuang Bobi ke pelosok Indo, biar keluar dari radarnya Nayla.
"Maksud lo?"
Bobi terkekeh. Menarik Nayla lebih dekat, menempel ke tubuhnya. Membuat Nayla sesak.
"Lo mau matahin leher gue?"
"Kalau boleh, kenapa enggak?"
Nayla mengangkat tangan kekar itu dan menjauh. Melepaskan diri. Emang ketua sama kacung sama aja. Suka banget ngelihat orang sengsara.
"Sorry, tapi gue masih pengin hidup." Nayla berjalan duluan. Ngeri banget, deh.
Bobi terkikik. Langkahnya terhenti waktu ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi pop up muncul.
Jay :
Tahan Nayla di situ! Jangan balik dulu.Lah, kenapa pula tiba-tiba Jay ngirim pesan kayak gitu? Bobi nggak sempat mikir. Keburu Nayla pergi kalau dia nggak nyusul tu cewek. Akhirnya Bobi lari ngejar Nayla.
![](https://img.wattpad.com/cover/347921752-288-k590955.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Amberlyyn! (✓)
RomanceGimana rasanya dicintai sama makhluk ajaib? Ketua OSIS yang songong dan kejam kayak psikopat. Ketua geng motor yang kalau gabut kerjaannya gibahin orang. Mana yang akan kamu pilih? _______ Jul 2023, IshtarWinter