Keping 12 : Si Buaya Darat

31 4 0
                                    

"Kalian sadar nggak, sih? Kita satu-satunya geng motor di galaksi Bima Sakti yang nggak punya nama geng." Bobi berceletuk.

Baru beberapa menit lalu mereka keluar kelas. Langsung menuju gudang. Join rokok satu bungkus buat berlima. Terus, sebat bareng-bareng. Eh, pada terbawa suasana yang adem ayem. Nggak panas, nggak hujan. Pokoknya segar banget, dah. Bikin acara melamun siang hari itu tambah syahdu.

"Emang pada punya nama geng?" tanya Jay yang nyender ke kursi dengan nyamannya.

"Iyalah, noh, gengnya si Raka juga punya," jawab Bhas.

"Naon?" tumben Mizun kagak tahu. Biasanya dia yang suka tahu segala hal. Punya informasi dari segala penjuru dunia.

"Rendezvous." Naufal yang jawab.

"Idih, sok banget." Mizun mengernyit seolah jijik. "Orang kayak Raka kagak cocok sama bahasa begituan."

"Tapi, mendinglah. Daripada kita nggak punya identitas." Asap mengepul dari mulut Bobi.

"Sok atuh, buat nama grup. Nanti kita bikin spanduk, terus kita arak keliling pulau Jawa." Mizun memberi ide gila.

Bobi lebih gila lagi. "Bikin pamflet, sebarin ke seluruh warga Indonesia."

"Tapi, pikirin namanya dulu." Bhas membuang puntung rokoknya ke asbak. "Agaknya, apa nama yang cantik buat geng kita?" Bhas memegang dagu. Berpikir keras.

Yang lain juga jadi diam. Mikir nama geng aja susahnya kayak mau namain bayi.

Bhas menjentikkan jari. Otaknya menemukan secercah ide. Namun, belum juga membicarakan idenya, Mizun tiba-tiba berdiri. Bungkukin badan, lalu twerking.

"Siti Ropeah ...

||urangnya bungas

||urangnya seksi

||pintar baaksi."

Jay, Bhas, Bobi, Naufal, kontan mencopot sepatu mereka. Menarik Mizun ke tengah-tengah dan menggaploknya dengan sepatu.

"Ampun ... ampun ..." Mizun angkat tangan.

Lagian salahnya sendiri, sih. Lagi pada serius mikir malah nyanyi. Mana pakai joget-jogetin kepala lagi. Untung empat curut itu melepaskannya.

"Aduh." Punggung Mizun panas. Dia duduk dan meregangkan badan. "Apa yang kalian lakukan ke gue itu jahat."

"Lo mau digebukin sampai mampus?" tanya Jay dengan nada yang nggak ada unsur main-mainnya.

"Iya, deh, ampun. Gue diem." Mizun menutup mulutnya dan beringsut mundur. Malang banget takdirnya di geng ini. Selalu jadi tempat sasaran gaplokan.

"Gimana kalau Seblak cs?" usul Bhas, yang pantas dapat gebukan juga.

"Gue kagak doyan seblak." Jay, yang agak-agak nggak normal, menolak.

"Ducati Squad?" Mizun nggak betah buat tutup mulut satu detik aja.

"Lo pikir kita mau wamil? Squad-squad." Bhas menolak usulan Mizun.

"Jays Motorcycle club?"

"Standar."

"Ac3. Aliansi cowok-cowok cakep?"

"Yang cakep gue doang." Jay punya stok pd segudang.

"Sparta Jay?"

"Idih."

"Sugar daddy?"

"Yes, baby."

"Jays Mc?"

"Jangan bawa-bawa nama gue." Jay hampir menolak semua usulan Mizun. Doi jadi emoh ngasih usulan lagi.

Hi, Amberlyyn! (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang