22 Promise

56 6 0
                                    

"Muka lo kenapa kusut gitu kayak baju bekas?"

Lepas merampungkan tugas Nayla, yang untungnya tinggal sedikit, Bobi duduk bersama tu cewek, nikmatin camilan yang dibawa Nayla dari kantin. Waktu balik ke gudang, tu cewek jadi diam banget. Bahkan, nggak tertarik mau ngecek tugasnya sama sekali.

Bobi curiga Nayla diapa-apain sama Mizun.

"Kayaknya traktiran Mizun kurang, deh." Nayla menatap Bobi malas. "Gue pengin es krim cokelat." Kemudian, mengulum bibir sambil melebarkan mata.

Hadeh, Bobi juga yang kena. "Mau gue beliin?"

Sambil pura-pura nggak bisa jalan karena saking lemesnya, Nayla menghela napas. "Kalau itu mau lo, silakan. Jangan lupa yang rasa cokelat, selain itu, gue nggak doyan."

"Iya, tunggu sini!" Bobi berjalan menjauh. Menghampiri Bhas sama Jay, dan Naufal, yang ada di tengah ruangan. "Nitip, noh, jangan biarin keluar sendirian. Nanti jatuh nyebur sumur, kita juga yang susah."

"Mau ke mana?" Bhas yang tadi udah sempat nyebat, bertanya.

"Beliin es krim sama nyariin Mizun. Tu anak nggak balik-balik nyasar, kali, ya?"

"Kenapa nggak nanya Nayla? Mereka pergi bareng, kan, tadi?" Naufal menyahut.

Sebenarnya, Bobi udah nanya, kok, tapi, Nayla yang nggak mau jawab. Malah tatapannya jadi horor banget waktu Bobi nanya keberadaan Mizun. Bobi jadi ngeri.

Dugaan Bobi jadi makin menguat. Mizun pasti grepein Nayla waktu jalan ke sini tadi. Mungkin tu anak diceburin ke sumur sama Nayla. Atau dikubur hidup-hidup.

"Nanti gue cari sekalian." Bobi akhirnya pergi. Sambil jalan ke minimarket, matanya jelalatan nyari keberadaan Mizun. Tapi, tu anak nggak nongolin batang hidungnya di mana pun.

Baru saat Bobi balik lagi ke gudang sambil bawa pesanan Nayla, dia bertemu Mizun yang lagi jalan ke arah gudang juga. Bobi menyusulnya. "Dari mana?"

Mizun menoleh, mendapati Bobi udah jalan di sampingnya. "Bantuin Zayn bawa Mak Lampir ke UKS."

"Mak Lampir?"

"Inggie," jawab Mizun agak enek. Entah Zayn yang keterlaluan goblok atau akting Inggie yang terlalu mantep, Mizun yang nggak tahu apa-apa harus kena getah dari drama yang Inggie buat. Padahal, mah, Mizun niatnya bantuin. Malah jadi dia yang pegel sendiri. Lagian, badan Inggie gede banget untuk ukuran cewek. Gede di sini bukan berarti gendut, tapi berisi.

Emang, sih, Inggie tipikal cewek yang dilihat sekilas aja udah bikin pikiran terbang melayang-layang. Tapi, Mizun nggak nyangka kalau tu cewek beratnya minta ampun. Sampai pegel bahu Mizun.

"Kenapa tu cewek? Kesurupan?" Bobi membuka satu bungkus es krim dan mulai menjilatinya.

"Pusing, tapi, nggak tahu deh beneran atau enggak."

"Drama lagi?" kalau ada kontes ratu drama di sekolah, semua orang bakal langsung milih Inggie sebagai pemenang. Tu cewek emang jagonya bikin masalah. Suka banget ngeganggu kehidupan orang lain. Untung semua orang udah tahu persis sikapnya kayak gimana. Jadi, nggak bakalan ada yang ketipu lagi. Ya, kecuali orang yang beneran polos kayak Zayn.

Mizun mengibaskan tangan. Menganggap kalau semua itu nggak penting. Juga nggak mau lagi ngebahas masalah ini. Toh, nggak ada hubungannya dengan dirinya.

"Lo makan es krim minimal nawarin, kek. Nggak peka banget jadi temen. Gue haus, nih. Panas."

Sebelum Mizun nyerobot keresek dalam genggamannya, Bobi segera menjauhkan tangannya. "Jangan harap! Ini punyanya dedek. Lo mau tanggung jawab kalau dia nangis terus bakar gudang? Gue, sih, ogah."

Hi, Amberlyyn! (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang