17 What's Wrong With Jay?

54 5 0
                                    

Mendengar perkataan Jay, Nayla kontan terbelalak. Dia segera merebut kunci motor Jay. Nggak lupa sama helmnya juga. Saat sudah berada di atas motor, Nayla berkata sedikit menyentak, "Tunggu apa lagi? Ayo naik!"

Jay-Zayn sama-sama terpaku. Nggak ngerti harus terpesona atau khawatir sekarang. Karena mereka sama sekali nggak tahu-menahu tentang kenyataan kalau Nayla bisa nyetir motor.

Karena nggak mau didamprat, Jay akhirnya nurut. Naik ke motornya. Kali ini sebagai penumpang. Dia sebenarnya amazed banget. Tapi, ini bukan waktu yang tepat buat terpesona. Bhas lebih butuh perhatiannya sekarang.

Zayn juga nggak tinggal diam. Dia ngikutin Nayla yang setelah lama berkendara, akhirnya berhenti di depan sebuah rumah sakit.

Nayla langsung lari ke meja resepsionis begitu selesai memarkirkan motor. Setelah mendapat informasi letak kamar Bhas, dia berlari lagi menuju lift.

Sampai di depan kamar, Nayla nggak nunggu dua orang di belakangnya untuk menyusul. Dia langsung masuk begitu saja. Bhas ditempatkan di ruang inap kelas satu, bersama tiga pasien lain.

Nggak butuh waktu lama buat menemukan sosok Bhas karena Mizun, Bobi, sama Naufal, berjaga di sebelah brankarnya. Dan keberadaan mereka terlalu mencolok untuk nggak disadari oleh Nayla.

"Bhas!" Nayla berlari ke arah brankarnya Bhas. Cowok itu lagi duduk dengan tangan kanan yang udah digips. Infus terpasang di punggung tangannya yang lain. "Kok bisa kecelakaan? Mana yang sakit? Tangan lo nggak papa, 'kan? Lo nggak amnesia, 'kan? Lo kenal siapa gue?"

Berondongan pertanyaan dari Nayla membuat Bhas pusing. Tapi, dia cuma terkekeh melihat Nayla kalang kabut mengkhawatirkannya. "Gue nggak papa. Cuma tangan gue aja yang butuh digips. Selebihnya, baik-baik aja."

Saat itu Jay sama Zayn baru sampai. Langsung berdiri di dekat kaki brankar.

"Gimana ceritanya lo bisa kecelakaan?" tanya Jay.

"Waktu mau balik ke sekolah, di lampu merah, Bhas mau ngehindarin anak kecil yang nyebrang sembarangan. Tapi, malah dia yang kesenggol mobil." Mizun bercerita kronologis kecelakaan yang dialami Bhas. Setelah bel pulang berbunyi, mereka emang langsung ke markas, rumah kecil di atas sepetak tanah, milik Jay pribadi. Jay ditinggal karena emang itu perintahnya. Tapi, belum juga sempat santai-santai, Jay minta dijemput. Mana harus semuanya ikut.

"Untung mobilnya nggak kenapa-napa. Cuma lecet dikit."

Nayla menggeplak lengan Mizun, enteng banget kayak nggak ada beban. Sampai Mizun mengaduh. Salah sendiri, temen lagi sakit masih aja dibecandain.

"Kalian kok bisa dateng bertiga?" Bobi yang penasaran banget sama kehadiran satu sosok, bertanya setelah menunggu kepanikan mereda. Emang ajaib ngelihat kedatangan Nayla. Karena dia tadi cuma nelepon Jay doang. Tapi, lebih amazed sama kehadiran Zayn. Tu bocah ngapain ikut-ikutan?

"Panjang ceritanya," balas Jay. Males banget mau cerita di sini. Mengingat di sebelahnya lagi ada Zayn.

Karena kamar rasanya sesak banget diisi cowok-cowok itu, Nayla menggusur semuanya keluar. Membiarkan Bhas istirahat. Meski Bhas ketawa-ketiwi kayak nggak terjadi apa-apa, bukan berarti kalau dia nggak kesakitan. Tu anak emang nggak suka ngerepotin orang lain. Nggak suka juga dipandang lemah.

Setidaknya, Nayla pengin ngebiarin Bhas tidur dulu sejenak. Karena nanti kalau keluarganya datang, Bhas pasti bakal dicekokin juga. Sebagai anak semata wayang, Bhas emang dimanja banget, diperhatiin banget. Kayak Nayla.

Dan Nayla paham betul gimana rasanya. Seneng, tapi, bisa jadi beban juga. Karena dia jadi satu-satunya harapan keluarga. Kalau ada apa-apa sama dia, tentu saja keluarganya nggak akan bisa tinggal diam.

Hi, Amberlyyn! (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang