"Mas Dirga?" Mimi mengernyit waktu masuk rumah bude dan menemukan sosok Dirga duduk di salah satu sofa. "Kapan ke sini?"
Dirga tersenyum pada adiknya itu. "Baru aja. Kamu baru pulang?"
"Iya," jawab Mimi, mencium punggung tangan Bude Ranty yang duduk di sofa lain. Setelahnya, ikut duduk di seberang masnya. "Kenapa nggak bilang mau ke sini hari ini?"
"Sengaja buat ngasih kejutan kamu." Dirga terkekeh.
Kejutan apanya? Mimi sama sekali enggak terkejut.
"Sama mau ngajak kamu belanja dulu, soalnya besok berangkat pagi banget. Nggak sempat kalau mau nyari oleh-oleh," lanjut Dirga.
"Kenapa nggak beli di Jakarta?"
"Mau pergi sama kamu, udah lama nggak belanja bareng. Kamu kalau butuh sesuatu juga bisa beli sekalian. Mas yang bayar."
Mimi merenges. "Kalau gitu aku ganti baju dulu." Dia segera melenggang masuk ke kamar. Mandi sebentar dan mengganti baju. Lalu, keluar lagi dan berangkat ke mall.
Tidak banyak barang yang Mas Dirga beli. Hanya beberapa camilan, juga baju untuk para sepupu. Sementara, Mimi sendiri memilih untuk melihat-lihat buku. Karena Mas Dirga tidak mau menghabiskan waktu menunggui Mimi, mereka akhirnya berpisah. Mimi ke toko buku dan Mas Dirga ke toko baju.
Lama melihat-lihat, Mimi tidak menemukan buku yang ingin dibelinya. Capek berdiri dan tidak tahu mau ngapain, dia memutuskan untuk mencari Mas Dirga.
"Astaghfirullah." Mimi langsung berbalik saat melihat dua orang yang dia kenal, lewat di depan toko. Mimi masuk lagi dan bersembunyi. Mengambil satu buku dan membukanya. Berpura-pura membaca.
Sialnya, dua orang itu malah masuk ke toko. Mimi menutupi wajahnya dengan buku yang dia ambil.
Jay dan Mizun jelas tidak cocok dengan buku. Agak aneh mereka memasuki toko ini alih-alih toko lain.
Kenapa harus saat Mimi ada di sini? Sendirian pula.
Karena benar-benar nggak mau ketemu Jay, Mimi melipir keluar toko, sebisa mungkin agar tidak terlihat oleh dua orang itu. Lalu, keluar mall.
Di luar, Mimi menghela napas. Apa, sih, yang dilakukan Jay sama Mizun di toko buku? Mimi sampai hampir jantungan tiba-tiba ketemu gini.
"Mas Dirga di mana, ya?" Mimi sampai lupa dengan kakaknya itu. Harus dihubungi, kalau enggak, bisa kecele nanti.
Sesaat setelah Mimi mengeluarkan ponselnya dari tas selempang, bahunya tiba-tiba memberat. Seseorang merangkulnya dari belakang.
"Anak SMA?" Pria usia kepala lima dengan rambut beruban itu berbicara sembari terhuyung. "Berapa fee kamu?"
Mimi tercekat mendengarnya. Bau alkohol merebak dari seluruh tubuh bapak itu. Mimi segera mengenyahkan tangan itu dari bahunya. "Maaf."
Berniat menghindar dan pergi, Mimi malah terlonjak saat tangannya dicekal dari belakang. Lagi-lagi, pelakunya adalah pria mabuk itu.
"Ayolah, jangan jual mahal. Bapak bisa bayar kamu berapa pun yang kamu mau."
Astaghfirullah ... astaghfirullah.
Mimi benaran takut. Mimi mengumpulkan tenaga untuk melepaskan cekalan pada tangannya. "Tolong lepaskan saya."
Sayangnya, usahanya tidak berhasil.
"Ayo ikut!" pria itu menarik tangan Mimi.
"Apa yang kau lakukan dengan pacar orang?" suara itu, Mimi jelas mengenalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Amberlyyn! (✓)
RomanceGimana rasanya dicintai sama makhluk ajaib? Ketua OSIS yang songong dan kejam kayak psikopat. Ketua geng motor yang kalau gabut kerjaannya gibahin orang. Mana yang akan kamu pilih? _______ Jul 2023, IshtarWinter