Nayla baru saja selesai mengepel seluruh lantai ruang OSIS dan ingin berselonjor sebentar.
Dia memilih tatanan meja di tengah ruangan yang sengaja diatur sedemikian rupa seperti tempat rapat_atau meja makan juga bisa_sebagai tempat untuk mengistirahatkan badannya yang pegal-pegal.
Sebenarnya, ruang OSIS berukuran tidak seberapa. Tidak lebih besar dari ruang kelas biasa. Tapi, emang dasarnya Nayla yang enggak pernah berurusan dengan kata mengepel, maka, menyentuh lap pel sekali saja, rasanya kayak ngelap seluruh isi sekolah.
Lebay emang.
Mengepel ruang OSIS sebenarnya juga bukan tugas Nayla. Ada Pak Usup, petugas kebersihan sekolah, yang bisa mengepel ruang OSIS tanpa keluhan. Tapi, karena Nayla tidak sengaja menumpahkan kuah ciloknya saat jam istirahat makan siang, dia jadi harus membersihkan ruang OSIS sendirian.
Meski yang ketumpahan kuah cilok cuma tiga petak ubin, Nayla ngerasa nanggung aja kalau nggak ngebersihin semua lantai sekaligus. Toh, hari ini sekolah bubar lebih awal karena guru ada rapat. Jadi, Nayla bisa meluangkan waktu membersihkan kekacauan yang dibuatnya setelah bel pulang.
Nayla menghela napas untuk kesekian kali. Tenggorokannya kering kerontang. Kayak nggak dialiri air selama seminggu. Perutnya pun keroncongan kayak kaleng bekas diisi kerikil dan dikocok-kocok. Nyaring banget bunyinya. Bulir-bulir keringat netes dari ubun-ubun, jatuh ke seragam putihnya yang kini lusuh tak berbentuk. Tiupan angin dari jendela di ruangan itu sedikit membantunya mengatasi gerah. Semilirnya meniupi ketiak yang basah kuyup. Nayla menengadahkan kepala. Kedua tangan menumpu badan yang lemas, di belakang dudukannya.
Mata Nayla menutup. Ia larut dalam tidur begitu saja sampai tidak sadar pintu ruangan terbuka. Zayn yang baru masuk hampir terperanjat melihat penampakan Nayla. Bagaimana tidak, Nayla mirip banget kayak hantu penunggu ruang OSIS yang sukanya godain cowok-cowok. Zayn mendekat sembari mengelus dada.
Saat berhadapan dengan Nayla, Zayn kembali mengelus dada. Dari dekat, Nayla lebih kayak gembel yang berhari-hari nggak makan. Rambut tergerai berantakan, kancing seragam lepas tiga buah, rok mini yang tambah nggak guna karena nyingkap ke atas. Gila, nih cewek, nggak takut diperkosa penunggu sekolah apa?
Zayn menelan ludah kasar. Ber-istighfar dalam hati. Untung dia yang nemuin Nayla dalam keadaan jablay begini. Zayn nggak bisa ngebayangin kalau orang lain ngelihat Nayla yang sekarang.
"La ... Nayla ...."
Nih, cewek emang agak sarap. Bisa-bisanya tidur dengan posisi kayak gitu.
Nayla baru bangun saat Zayn ngelempar jaketnya, yang tepat mengenai muka Nayla. Gadis itu membuka mata perlahan, menguceknya perlahan pula, sembari mendesah manja. Sekilas, dia kayak anak kucing yang mungil dan lucu. Bedanya, bukannya imut, Nayla malah kelihatan lebih menggoda iman.
Zayn ber-istighfar dalam hati. Cukup dalam hati.
"Kapan lo masuk?" tanya Nayla, setelah menyingkirkan jaket hitam Zayn ke atas pangkuannya.
"Kalau mau tidur, pulang. Jangan sampai lo keterusan wafat di sini," balas Zayn, sembari mengambil ponselnya yang tertinggal di laci meja.
Nayla mendengus. Ketua OSIS satu ini, meskipun tampan dan rupawan, juga seorang jutawan yang pasti diidolakan hampir semua siswi yang ada, tapi, perangainya kayak Jack The Ripper, kejam bener. "Lo mau balik?"
Zayn memutar tubuh menghadap Nayla. "Lo mau nginep?" tanyanya balik.
Kembali, Nayla mendengus kesal. "Kagak, gue mau nebeng kalau lo mau balik. Bawa motor, 'kan?"
Sembari menghindarkan diri untuk menatap rok Nayla yang masih nyingkap itu, Zayn menengok jam dinding yang terpasang di belakang tubuh Nayla. "Bus masih beroperasi jam segini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Amberlyyn! (✓)
RomanceGimana rasanya dicintai sama makhluk ajaib? Ketua OSIS yang songong dan kejam kayak psikopat. Ketua geng motor yang kalau gabut kerjaannya gibahin orang. Mana yang akan kamu pilih? _______ Jul 2023, IshtarWinter