Keping 18 : Mugen Tsukuyomi

26 3 0
                                    


"Ini gue yang salah lihat atau gimana?" Mizun melebarkan mata. Menguceknya berkali-kali. "Apa dunia ini terbalik? Atau gue lagi kena Mugen Tsukuyomi?"

Lebay amat.

"Anggap aja gue nggak ada," sahut Zayn, yang duduk dekat Jay. Orang sepertinya mana mungkin bisa diabaikan. Ngaco, deh. Bahkan, wangi parfumnya aja udah kecium dua meter jauhnya. Apalagi orangnya.

Zayn juga nggak tahu apa yang salah dari dirinya sampai ngikutin si curut Jay ke gudang. Mana ikut duduk di kursi kebesaran Jay dkk. Ikut ngerokok juga. Agak sarap, kali.

Zayn itu kalau di sekolah dikenal sebagai siswa teladan. Nggak pernah dia ngerokok di sekolah sebelum ini.

"Tumben lo kemari," heran Bhas.

"Gabut," jawab Zayn asal. Tadinya, dia nggak mau kemari. Maunya sama Nayla. Tapi, tu cewek lagi main sama Mimi. Zayn nggak mau gangguin waktu cewek-cewek itu buat ngobrol.

Zayn mengembuskan asap rokok ke langit-langit.

"Hadeh." Bhas nepuk jidat.

Semoga nggak ada bencana datang nanti. Kalau Nayla tahu Zayn ikut nongkrong sama Jay cs, apa yang akan cewek itu katakan? Nayla emang suka nongkrong sama Bhas. Tapi, Nayla jelas nggak suka kalau Zayn gabung ke circle-nya Jay.

Takut Zayn ketularan sifatnya Jay yang kayak iblis.

"Btw, lo tahu salah satu anak yang nyalon ketua OSIS itu cakep banget. Katanya, dia anak orang kaya. Udah bisa dipastiin kalau dia yang bakal kepilih, sih," celetuk Bobi.

"Belum tentu, debat baru akan dilaksanakan besok," sahut Zayn. "Cakep sama kaya doang, kalau otak kosong nggak bisa jadi ketoslah."

"Bisa." Mizun ikut bersuara. "Lo buktinya."

"Maksud lo gue dipilih karena tampang sama isi dompet doang, gitu?" Zayn langsung sewot.

Mizun angkat tangan. "Enggak, lo juga pinter." Takut banget dihajar Pak Ketos yang bentar lagi mau lengser dari jabatannya. "Sensi amat kayak cewek lagi datang bulan."

"Apa lo bilang?" mungkin efek rokoknya Jay, Zayn yang biasanya bodo amat, sekarang ngerasa terpengaruh banget sama perkataan Mizun.

"Enggak, Ya Tuhan, khilaf." Mizun mengacungkan kedua jarinya.

Zayn duduk manis kembali. Meski, tatapannya masih tajam banget kayak pedang. Sementara Mizun misuh-misuh dalam hati. Tadinya, Mizun pikir dia mungkin bisa cocok sama Zayn. Ternyata, ini cowok sama aja kayak Jay. Nggak ada bedanya malah. Sama-sama pemarah.

Mizun yang mentalnya kayak es krim vanilla toping oreo, atut.

Takut diterkam kalau salah ngomong.

"Tumben si Nayla nggak kemari," ucap Naufal. Harusnya Nayla yang kemari dan bukannya Zayn. Lebih asyik main sama tu cewek, ketimbang debat sama Zayn.

"Lagi ngerumpi." Jay yang jawab.

"Biasanya juga ngerumpi sama kita-kita."

"Ho'oh."

"Lagi makan uang hasil main kartu tadi kali," sahut Bhas.

Zayn jadi ingat. "Siapa yang ngajak Nayla main kartu? Bisa-bisanya kalian ngajarin tu anak main judi."

Jay cs saling bertukar pandang.

"Orang dia yang ngajakin duluan." Bhas yang berbicara. Emang Nayla duluan yang mulai. Nayla yang maksa mereka buat main. Pakai tantrum segala lagi. Kalau nggak diturutin pasti nangis. Alhasil, mereka mainlah. Mana Nayla menang mulu. Tekor, deh. Terutama si Jay, yang paling nggak mau dikalahin sama siapa pun, apalagi cewek.

Hi, Amberlyyn! (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang