Zayn nggak yakin keputusannya buat memercayai Jay benar atau enggak. Apakah hal itu akan menguntungkannya, atau justru menjatuhkannya ke dalam masalah yang lebih rumit?
Ya, Zayn emang hampir nggak tahu apa pun tentang Nayla. Tentang masa lalunya. Tapi, Jay. Gimana Jay bisa tahu coba? Dan kenapa harus Jay, sih? Kalau Bhas, Zayn masih bisa menoleransi.
Kenapa harus Jay, Tuhan?
Ini apa lagi coba? Zayn lagi pusing, Nayla malah keluar kelas ngendap-endap. Jalan mundur kayak maling. Mau marah kok gemas amat. Bikin Zayn jadi adem aja. Bukannya wawancara, Zayn lebih pengin nyubit pipi Nayla.
"Lagi berusaha buat ngehindarin gue?"
Nayla terperanjat. Berbalik sambil mengelus dada. Zayn kayak vampir. Dateng tanpa suara. Tahu-tahu udah berdiri di belakang Nayla aja. Mana mukanya sepet amat.
"Ikut gue, ada yang mau gue omongin." Zayn berjalan lebih dulu melewati Nayla. Sementara gadis itu mau protes nggak bisa. Berbicara dengan Zayn sekarang akan membuat suasana jadi awkward. Tapi, kalau enggak diikutin, maka secara nggak langsung Nayla lagi ngebuktiin kalau perkataan Zayn benar.
Nayla jadi serba salah. Tapi, mau gimana lagi? Agak enggan, Nayla ngekorin Zayn dari belakang.
Sampai di lorong yang nggak terlalu ramai, Zayn menghentikan langkahnya dan berbalik. Memperhatikan Nayla lalu menghela napas. "Kalau lo jadi nggak nyaman karena perkataan gue, anggap aja itu nggak pernah terjadi."
"Apa?" Nayla mengernyit. Semudah itu Zayn bilang buat lupain segalanya? Gimana bisa coba? "Yakin lo pengin gue ngelupain hal itu?"
Zayn mengantungi tangannya ke saku celana. "Emang itu yang lo mau, 'kan? Lo jadi ngehindarin gue setelah tahu gimana perasaan gue ke elo. Lebih baik lo lupain aja. Bersikap kayak biasa. Jangan ngehindarin gue."
Semua cowok emang sama! Bajingan! Seenak jidat ngumbar perasaan sampai membikin Nayla pusing sendiri mikirnya. Sekarang, Nayla harus ngelupain gimana Zayn bilang kalau dia suka sama Nayla gitu? Gimana Zayn memeluknya erat waktu itu?
Dasar nggak tahu malu!
Nayla ngerasa nggak enak hati karena nggak ngejawab perasan Zayn. Tapi, kalau sudah begini, semua rasa sungkan Nayla hilang sudah.
Zayn mengaduh sambil jingkrak-jingkrak. Menatap Nayla heran. Ya, Nayla baru saja menendang tulang keringnya. Nayla terlalu dongkol. Nayla harusnya ingat, Zayn itu manusia yang nggak punya hati dan paru. Nggak punya perasaan!
"Lo nendang gue?" Zayn memegang kakinya.
"Iya, kenapa? Mau nendang gue juga?"
Jangankan menendang, Nayla sudah siap ngelempar Zayn ke kandang buaya betina sekarang.
Berani ngelawan macan, nyawa taruhan.
.
.
.***
.
.
.Berkat Ducatinya, Jay berhasil ngalahin Raka. Meskipun selama ini Jay emang kebanyakan menang, tapi kemenangan kali ini membuatnya lebih puas.
Raka udah janji nggak akan gangguin Nayla. Ada banyak banget saksi yang menjadi kunci kalau-kalau Raka nggak menepati janjinya.
Bhas dan yang lain bersorak. Mengangungkan ketua mereka.
Meski agak soak, ketua mereka ini nggak boleh diremehin kalau soal skill balap. Nggak perlu ditanya lagi. He's number one.
Ketika malam makin larut, setelah berpesta dengan yang lain, Jay nggak langsung pulang. Mampir ke tempat yang memang harus dia datangi. Menyelesaikan segala kesalah pahaman dulu baru bisa lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Amberlyyn! (✓)
RomanceGimana rasanya dicintai sama makhluk ajaib? Ketua OSIS yang songong dan kejam kayak psikopat. Ketua geng motor yang kalau gabut kerjaannya gibahin orang. Mana yang akan kamu pilih? _______ Jul 2023, IshtarWinter