10 Mysterious

75 9 0
                                    

Selepas makan malam yang terlalu dini itu, Nayla dan Zayn duduk di sofa ruang tamu apartemen Zayn. Tommy meringkuk di pangkuan papinya.

Nayla baru tahu kalau Zayn punya sisi manis juga. Zayn suka banget sama kucing. Makanya, waktu kakaknya pulang ke LN, Zayn minta Tommy buat ditinggal. Biar bisa nemenin dia.

Zayn ini meski asli orang Indo, tapi dulunya tinggal di Kanada. Pindah ke Indo waktu masuk SMA. Jadi, maklum kalau Zayn agak sulit berbaur sama siswa lain. Selain karena ini adalah lingkungan baru baginya, Zayn juga ansos parah.

"Kenapa nggak tinggal di rumah?"

Sembari mengelus Tommy, Zayn menjawab, "Pengin hidup mandiri aja."

Nayla diam. Membayangkan definisi hidup mandiri versi Zayn itu kayak gimana? Tinggal sendiri? Cari uang sendiri? Nggak, 'kan, ya? Masa anak orang kaya mau susah-susah kerja di usia segini?

Dan bagaimana Zayn bisa membiayai kehidupannya sendiri? Selain uang saku dan kebutuhan sehari-hari, Zayn jelas butuh uang buat menafkahi motor dan mobilnya. Juga biaya hidup anak semata wayangnya, Tommy. Belum lagi, Zayn royal banget ke semua orang. Nggak kebayang, berapa banyak uang yang bisa dia habisin tiap satu bulannya.

"Lo kerja?" tanya Nayla akhirnya.

Dan Zayn mengangguk. Lah, yang benar?

"Serius? Di mana?"

"Kafe yang kemarin malam kita ketemu waktu lo jambak-jambakan sama Jay."

Aduhai, kok, bisa pas gitu, sih?

Wait, tu kafe bukannya tempat nongkrong Jay dan yang lain?

"Sejak kapan?"

"Baru beberapa hari. Tadinya, kerja di tempat lain."

Nayla ber"ooh" doang.

Zayn mengubah posisi duduk, menghadap Nayla. "Kenapa lo sama Jay sampai jambak-jambakan gitu?" tanyanya. Zayn menopang kepala dengan satu kepalan tangan di atas sandaran sofa. Berharap Nayla mau bercerita padanya soal kejadian itu.

"Ah, itu ..." mana mungkin Nayla bilang kalau dia dan Jay bertengkar cuma gara-gara Bu Ustazah. "Itu si Jay ngambil hape gue. Mana main buka-buka aja. Gue emosilah."

"Terus, lo jambak Jay?"

"Iya."

"Si Jay bales?"

"Ho'oh, emang banci tu anak. Masa berani ngejambak rambut cewek?" Nayla masih kesal kalau mengingat bagaimana Jay serius menjambak rambutnya.

"Lo suka sama Jay?" tanya Zayn tiba-tiba.

Nayla sontak menoleh. Pandangannya bertemu dengan mata Zayn. "Gue suka sama Jay? Amit-amit." Sumpah, Nayla bergidik ngeri.

Zayn tampak mengangguk doang. Lalu, berdiri sambil ngangkat Tommy dan meletakkannya di sofa. "Bentar, gue mandi dulu. Lo tunggu di sini."

"Emang lo udah sembuh mandi malam-malam gini?"

"Aman." Zayn mengacungkan jempolnya sambil senyum. Lalu, berjalan menuju kamar di sisi kiri. Zayn masuk kemudian menutup pintunya.

Nayla jadi bingung mau ngapain. Mana Tommy udah tidur. Akhirnya, Nayla mutusin buat lihat-lihat isi apartemen Zayn. Mengabsen apa-apa saja yang ada di dalamnya.

Apartemen ini bergaya industrial dengan dominasi warna abu. Dapur lengkap dengan pod coffe, dua kamar, ruang tamu beserta televisi. Ada gym di sebelah ruang tamu, menghadap jendela di sebelah kamar Zayn, berisi alat-alat fitness mulai dari treadmill sampai barbel. Semuanya jadi satu tanpa sekat.

Hi, Amberlyyn! (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang