Pagi hari ini, Nayla sibuk banget nyari-nyari keberadaan Zayn. Entah di mana cowok itu sekarang. Di kelas nggak ada. Di ruang OSIS nggak ada. Di toilet … nggak tahu, lupa ngecek tadi. Nayla bertanya-tanya sama segelintir orang yang sekiranya tahu di mana keberadaan Pak Ketos. Semuanya bilang nggak lihat.
Pencarian Nayla sampai ke arah gudang. Di sana, ada banyak cowok-cowok lagi nongkrong sambil bergembira ria. Namun, Nayla langsung tancap gas tanpa nanya dulu.
Aura Zayn terlalu mencolok untuk bisa berada di tengah perkumpulan kacung-kacung Jay itu. Zayn adalah anak baik yang nggak suka nongkrong. Paling kalau nggak ada kerjaan, dia pergi ke perpus. Nongkrongin buku.
Sayangnya, perpus juga tidak memancarkan aura ketampanan Zayn hari ini. Nayla nanya ke orang yang jaga perpus. Katanya, beberapa hari belakangan, Zayn absen ngunjungin ruangan yang tentram dan damai itu.
Nayla jadi pusing. Harus kemana lagi dia mencari keberadaan sosok Zayn? Mana tangannya pegal nyangking tas ke mana-mana.
Oh! Ada satu tempat yang belum Nayla periksa. Tempat yang sekiranya sesuai sama seleranya Zayn. Nayla segera melangkahkan kaki menaiki tangga menuju atap sekolah.
Benar saja, Zayn lagi rebahan di atas meja yang ditata memanjang. Tempat ini memang cocok sekali dengan Zayn yang menyukai kedamaian. Bebas dari manusia-manusia yang super berisik.
Nayla menghampirinya tanpa menimbulkan suara. Zayn tidur. Dia berbaring dengan posisi satu kaki menekuk. Satu tangan di atas perut, satu tangan lain menutupi mata. Entah karena sinar matahari yang terlalu terik, atau emang pesona seorang Zayn yang terlalu berkilau, Zayn saat ini kelihatan cemerlang banget di mata Nayla.
Zayn emang nggak setampan Shawn Mendes atau Charlie Puth, tapi kalau ikut ajang ketampanan, Nayla yakin Zayn minimal masuk sepuluh besar. Pesona Zayn itu beda dari yang lain.
Aduh, Nayla malah jadi bengong. Terpincut sama pesona Zayn. Emang tepat kalau ciwi-ciwi pada ngidolain makhluk satu ini. Cakepnya emang agak di luar nalar. Kebangetan.
Meskipun cuma bagian hidung sama bibirnya doang yang kelihatan, tapi, itu nggak mengurangi ketampanannya. Justru malah membuatnya tampak lebih memesona. Muka Zayn itu kayak karakter-karakter komik. Mata agak sipit, hidung mancung, bibir tebel dikit. Eh, tunggu, Nayla baru sadar kalau bibir atas Zayn bentuknya kayak lambang cinta. Lope-lope. Lucu banget, ih, jadi pengin nyubit.
Sayang, sebelum Nayla sempat nyentuh bibir merah alami itu, si empunya malah kebangun. Zayn narik tangannya, membuat mata cokelatnya bertatapan langsung dengan Nayla. Kontan, keduanya mematung di tempat.
Sebelum dikira mau nyuri bibirnya Zayn, Nayla segera menjauhkan tangannya. Dia mundur satu langkah. Memberi ruang pada Zayn untuk duduk menghadapnya.
"Ngapain lo? Mau ngerampok gue?" tanya Zayn, dengan logat bicara yang ala Zayn banget. Jutek amat. Membikin Nayla gatal pengin nabok. Baru bangun tidur, sifat ngeselinnya udah balik aja. Tahu gini, Nayla bius aja, tuh, orang. Biar nggak bangun sekalian.
Nayla menyerahkan tas yang sedari tadi dibawanya. "Ini jaket sama seragam lo. Udah gue cuci semuanya. Thanks buat yang kemarin." Nayla emang sengaja buru-buru nyuci seragam Zayn kemarin. Takut seragam itu bau kalau didiemin dalam keadaan basah.
Zayn menerima tas itu dan membukanya. Matanya yang tadi terbuka malas karena masih ngantuk, jadi terang benderang gara-gara lihat isi tas itu.
Sebelum hal nggak enak terjadi, Nayla jalan ngejauh. "Sekali lagi terima kasih," ucap Nayla.
"La."
Nayla menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Gimana keadaan lo? Udah baikan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Amberlyyn! (✓)
RomanceGimana rasanya dicintai sama makhluk ajaib? Ketua OSIS yang songong dan kejam kayak psikopat. Ketua geng motor yang kalau gabut kerjaannya gibahin orang. Mana yang akan kamu pilih? _______ Jul 2023, IshtarWinter