"Aw, sakit."
Nggak ada angin nggak ada hujan, Nayla mukul lengan Bhas. Padahal, tu anak juga baru nyampai. Bukannya ngasih buah atau sejenisnya, Nayla malah memberinya bogem mentah.
Bhas memegang lengannya. Mengaduh. Nayla jahat bener, meski mukulnya bukan di lengan yang digips, tapi, tetep aja, ngaruh juga. Mana tu cewek cemberut terus sampai pipinya yang udah chubby, jadi tambah gembung.
"Salah gue ape, sih?"
Nayla nggak mau jawab, justru mau mukul Bhas lagi. Tapi, segera dihentiin sama Zayn. Zizah yang nggak tahu apa-apa juga cuma bisa nonton dari sisi lain.
"Mending bantuin Bhas siap-siap. Atau mau cari makan siang?" Zayn menawarkan pilihan. Biar Nayla bisa melupakan keinginannya buat matahin lengan Bhas yang masih normal. Kebetulan, Bhas hari ini bisa pulang. Keluarganya juga lagi ngurus masalah administrasi. Bentar lagi beberes, lalu check out.
Karena Nayla masih punya hati nurani, dia nggak mungkin ninggalin Bhas gitu aja. Jadi, dia bantu rapiin pakaian dan tas Bhas. Zayn sama Zizah nonton doang.
Nggak banyak yang perlu dikemas, karena Bhas emang nggak bawa banyak barang. Cuma beberapa baju doang. Waktu lihat ada sebungkus rokok di laci, Nayla langsung saja menatap Bhas nyalang. Tu anak bawa rokok ke rumah sakit?
Gila!
"Lo bawa rokok?" tanya Nayla, masih jongkok di depan nakas. Mendongak menatap Bhas yang lagi duduk anteng di brankar sebelahnya.
"Itu punyanya Jay. Ketinggalan kemarin, jadi gue simpen."
Nayla mengangguk, kembali memeriksa seluruh isi nakas. Dan Bhas bernapas lega. Selesai menutup risleting, Nayla menyerahkan tas besar hitam milik Bhas ke atas brankar. "Mau ditemenin sampai keluarga lo dateng?"
Bhas menegakkan badan. "Sebenarnya, gue butuh bantuan."
"Bilang aja, mungkin gue bisa bantu," balas Nayla.
Ragu, Bhas menatap tiga orang yang berjejeran di depannya itu. "Zayn aja," ujarnya.
"Kenapa Zayn? Gue di sini kali. Lo nggak nganggap gue ada?" Nayla langsung nyolot.
"Bukan gitu."
Nayla mengibaskan tangan seolah itu sama sekali nggak penting buatnya. "Up to you! Kalau gue nggak dibutuhin di sini, mending gue balik." Nayla menghampiri Zizah dan menarik tangan temannya itu. "Ayo, Zi. Kita nggak guna di sini."
Bhas menepuk dahi. Ya Tuhan, bagaimana dia bisa kenal sama cewek moody-an macam Nayla?
Tolong berikan kesabaran pada Bhas, karena saat dia bingung dengan sikap Nayla, Zayn malah senyum-senyum kayak orang gila. "Lucu?"
Zayn mengangguk. "Gemes," jawabnya santai. Sejujurnya, kalau bisa, Zayn pengin narik Nayla, terus mencubit pipinya. Tapi, dengan adanya Zizah sama Bhas, nggak mungkinlah.
Bhas geleng-geleng kepala. Nggak habis pikir sama Zayn. Emang, sih, dari dulu tu anak aneh banget. Kayak vampir berdarah dingin. Bedanya, sekarang darahnya agak angetan.
"Mau ngapain lo?" Bhas menampik tangan Zayn waktu tu cowok tiba-tiba megang lengannya.
"Katanya butuh bantuan. Mau ke toilet, kan?"
Bhas menjauhkan kepalanya dan mengamati Zayn. "Kok lo bisa tahu?"
Zayn menghela napas malas. "Saat ada Nayla di sini dan lo lebih milih gue buat nolongin lo, bukannya udah jelas banget kalau itu persoalan yang cuma bisa lo kasih tahu ke gue. Apalagi kalau bukan ke toilet? Mau ganti baju 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Amberlyyn! (✓)
RomanceGimana rasanya dicintai sama makhluk ajaib? Ketua OSIS yang songong dan kejam kayak psikopat. Ketua geng motor yang kalau gabut kerjaannya gibahin orang. Mana yang akan kamu pilih? _______ Jul 2023, IshtarWinter