Keping 7 : Lima Tuyul Bujang

56 7 0
                                    

Karena nggak mau repot-repot masak, Mizun mesan villa yang sekaligus nyediain lunch, dinner, sama breakfast. Belum pukul dua belas siang ini, teteh berpakaian serba putih, pengurus villa, datang menyiapkan meja makan. Membawa banyak wadah makanan, kayak lagi mau menjamu tamu kerajaan.

Meja makan penuh beberapa menit kemudian. Kelima penyamun yang lapar itu memutuskan untuk keluar dari air. Si teteh yang lagi ngerapiin meja makan sama dua temennya langsung terkejut ngelihat lima orang cowok telanjang dada keluar dari kolam dan berjalan menuju meja makan dengan boxer menggantung di panggul, yang kelihatan gampang banget merosot, karena basah. Tetehnya nutup mata, kemudian, narik dua temannya buat pergi. Takut digrepe-grepe sama lima tuyul bujang.

Lantai dari kolam menuju dapur basah semua. Tapi, Jay cs mana peduli. Toh, bukan mereka yang bertugas ngebersihin villa.

"Lihat Teteh tadi?" Bobi berceletuk. Maksi kali ini isinya hidangan laut semua. Dia ngambil gurita kecil-kecil yang bumbunya merah merona, menggoda banget buat cepat-cepat dilahap.

Bhas terkekeh. Mengerti apa yang Bobi bicarakan. "Pasti belum pernah lihat cowok koloran doang."

Usia perempuan yang datang tadi emang masih muda. Dua tahun lebih tua dari merekalah.

"Itu tuh, yang Jay suka. Yang polos-polos menggoda." Mizun ketawa kencang banget. Membuat yang lain ketularan.

Jay yang merasa terhina karena tertangkap basah, ngelempar Mizun pakai udang. Sial bin bajingan, udang itu nemplok di dada Mizun yang telanjang. Terus melorot ke perutnya. Sebelum udang itu makin nggak tahu diri, Mizun segera mengambilnya dan memakannya.

"Idih, jijik banget lo." Naufal geser, menjauh dari Mizun.

"Biarin, bekas badan gue sendiri," jawab Mizun enteng.

"Bego." Bhas menendang kaki Mizun di bawah meja. "Lo habis berenang sama kita-kita. Kalau ada yang pipis emang lo tahu?"

"Padahal, si Naufal habis makan pete sekilo," celetuk Bobi.

"Sialan, gue diem dari tadi, bangsat." Naufal langsung naik pitam. Enak aja, dikira dia nggak punya malu apa kencing di dalam kolam? Lagian, si Naufal mana doyan makan petai.

"Kalau ada yang berak di celana juga nggak kelihatan, ya. Terus beraknya nyampur sama air. Gimana tuh?" Bhas bergidik.

"Ewhh." Bobi ikut-ikutan masang wajah jijik. "Makan tuh kaporit." Dia melempar cangkang kerang, yang ajaibnya, tepat mengenai dahi Mizun.

"Sialan!" Mizun mengelap kepalanya makai punggung tangan. Kemudian berdiri, menghampiri Bobi yang duduk di kursi seberang.

Bobi langsung ngacrit, melarikan diri. "Ampun, gue nggak sudi disentuh sama makhluk okultis macam lo. Gue nggak mau diguna-guna." Bobi lari ke ruang depan, menjaga tangannya biar nggak nyentuh perabotan. Soalnya, selain lari dengan kolor doang, tangannya juga masih penuh dengan sambal bekas makan tadi. Emang rada-rada, ni, bocah.

"Sini lo setan! Gue kelonin baru tau rasa lu."

"Idih! Idih!" Bhas merinding, suwer. "Sejak kapan lo jadi homo?"

"Sejak detik ini. Lo mau gue cipok?" Mizun gantian, jalan menghampiri Bhas dengan bibir dimanyun-manyunkan.

"Najis." Bhas ikut menjauh dari meja makan. "Tolong! Ada makhluk okultis homo di sini," teriak Bhas.

"Tolong! Mizun galau gara-gara ditolak Sindy, sampai berubah jadi banci." Bobi menoleh ke arah Bhas, keduanya terbahak-bahak.

"Lo berdua emang pengin gue gantung hidup-hidup. Sini lo, gue ketekin sampai mampus." Mizun ngejar Bobi sama Bhas lagi. Bahkan, sampai ke pool area. Mizun sampai terpeleset karena lantai licin. Bokongnya pegal, pinggangnya encok. Tapi, Mizun nggak nyerah buat ngejar duo kudanil itu. Awas aja kalau kena, bakal Mizun sate mereka berdua.

Hi, Amberlyyn! (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang