05 - Ujian Masuk (2)

1.5K 236 21
                                    

Tes selanjutnya adalah untuk menguji keterampilan sihir para calon siswa Akademi Polaris. Setelah ujian tulis berakhir, peserta digiring menuju sebuah lapangan hijau yang luas. Di hadapan mereka, berbaris beberapa golem yang serupa dengan di ruang kelas tadi. Hanya saja ukurannya sedikit lebih besar dan tidak membawa senjata.

Dari sini mereka akan diminta mengeluarkan sihir apapun yang mereka bisa untuk menyerang golem itu. Nilai ditentukan dari seberapa banyak kerusakan dari sihir yang mereka berikan.

Untuk beberapa alasan, Jungwon pikir matahari hari ini bersinar sangat terik. Udara terasa kering dan debu halus berterbangan di sekitar mereka.

Di tengah cuaca yang tidak bersahabat seperti ini, biasanya seseorang akan menjadi mudah marah pada hal-hal kecil. Seperti perkara tersenggol sedikit.

"Tidak lihat jalan kau, ya? Berasa hebat, hah!"

"Aku, kan, sudah minta maaf tadi. Tempat ini sangat ramai, bukan hal yang aneh untuk bersenggolan sedikit."

"Hei, beraninya kau menjawabku! Aku yang seorang Ronwell ini?"

Reputasi dan kekayaan menentukan kasta di dunia sihir. Tidak ada bedanya dengan di dunia manusia.  Adalah pemandangan yang umum ketika mereka yang merasa tinggi menindas orang lain semena-mena.

"Tuan muda Ronwell begitu sombong hanya karena beberapa hektar tanah. Sebaiknya jangan sia-siakan energimu untuk orang semacam itu," kata si bungsu Rochephanta yang sejak keluar dari ruang ujian selalu mengintili Jungwon kemana-mana bahkan sampai ke toilet.

Jungwon sendiri tidak berniat ikut campur. Kepalanya sudah pusing karena debu dan terik matahari. Dia tidak mau menambah beban untuk melakukan hal yang tidak perlu.

"Anak miskin sepertimu tidak perlu berlagak sombong," tuan muda Ronwell masih memberikan hinaan. "Untuk seseorang yang ibunya mati karena tidak punya uang mulutmu banyak bicara, ya."

Tuan muda Ronwell mendorong anak itu hingga terjatuh. Saat ia hendak memukulnya dengan tinjunya yang mengeras seperti batu, Jungwon melangkahkan kaki.

"Berhenti."

"Ini adalah balasan karena kau menggangguku, lalat busuk!"

"Aku bilang berhenti!"

Tangan tuan muda Ronwell berhenti di udara. Napasnya mendadak sesak. Dia merasakan seluruh otot di tubuhnya menjadi kaku dan darahnya berhenti mengalir.

Semua anak yang melihat kejadian itu merasakan ketegangan yang belum pernah mereka alami. Telapak tangan mereka berkeringat dan terasa dingin.

"Itu domination," celetuk salah satu dari mereka.

Hanya tuan muda Ronwell yang dikenai sihir domination, tapi semua anak di lapangan itu merasakannya.Mungkin karena keterkejutan atau ketakutan, tidak satu pun dari mereka yang mengerti kenapa hari itu kaki mereka gemetaran.

"Ada apa ini?"

Untung saja, Yeonjun datang di saat yang tepat. Dia menepuk pundak Jungwon untuk menenangkannya dan efek domination pun mereda.

"Rico Ronwell, mari ikuti saya sebentar."

Tuan muda Ronwell dibawa pergi oleh Yeonjun. Entah apakah reputasi keluarga Ronwell cukup untuk menyelamatkannya dari diskualifikasi.

Jungwon menoleh pada anak yang ditindas tadi dan mengulurkan tangannya. "Apa kau baik-baik saja? Aku mendengar sedikit tentang masalah keluargamu. Itu pasti sangat berat, aku memahaminya."

Akan tetapi, anak itu malah menepis tangan Jungwon kasar.

"Memangnya apa yang kamu pahami? Tuan muda sepertimu tidak akan tahu bagaimana rasanya menjadi miskin. Ditolak di sana sini hanya karena tak punya uang, kau bilang memahaminya? Jangan membuatku tertawa. Tuan muda manja sepertimu bukanlah apa-apa!"

POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang