Ruang tamu kediaman Alsteris terlihat penuh. Bukan hanya Joseph dan Nox yang menunggu, tapi juga Johan dan Jake dari Anderson, Ashley dan kakak perempuan Niki dari Rochephanta, beberapa bawahan Alteris –termasuk Soobin, serta Yeonjun yang entah bagaimana juga ada di sana.
"Aku sudah memanggil semua orang seperti yang kau minta, Jungwon," kata kakek Jungwon.
"Terima kasih." Jungwon kemudian menoleh pada Jake. "Aku minta maaf karena belum sempat menjengukmu, Kak."
Jake mengayunkan tangan. "Ah, tidak masalah. Lagipula, aku sudah baik-baik saja."
"Nah, katanya tuan muda ini tahu rencana Federasi Kebebasan?" tanya Ashley.
"Ya, setidaknya saya tahu apa yang akan Federasi Kebebasan lakukan pada mayat Solace." Jungwon berjalan ke tengah ruangan di mana semua orang dapat melihatnya dengan jelas. "Ini adalah cerita yang saya dapatkan dari seekor fenrir legendaris bernama Licus."
Jungwon mulai menceritakan semua hal yang dia lihat di ingatan Licus. Cerita itu terasa sangat panjang dan melelahkan bukan hanya baginya, tapi juga mereka yang mendengarkan.
Johan melirik sebentar pada Joseph saat mereka menyadari bahwa sejak awal tujuan Federasi Kebebasan merekrut Yuri hanyalah untuk memanfaatkannya. "Tuan?"
Blarrr!!
Sebuah petir tiba-tiba menyambar di luar rumah padahal tidak ada hujan. Beberapa orang di ruangan itu merasa kebingungan, sementara Johan dan Ashley serta Nox –yang mengetahui semua kebiasaan Joseph hanya bisa menghembuskan napas panjang.
"Saya tidak akan bilang apa-apa karena itu properti Anda sendiri," kata Ashley.
Kakek Jungwon tersenyum lagi setelah dirinya lebih tenang. "Lanjutkan, Jungwon."
"Oh... Tidak ada lagi. Ingatan yang ditunjukkan Licus hanya sampai saat mayat Solace jatuh ke danau."
Yeonjun mengangkat tangan. "Kalau memang hanya kau dan mendiang paladin yang pernah mengunjungi Licus, lantas dari mana Federasi Kebebasan tahu tentang Solace?"
"Licus bilang di dunia sihir dia tidak sendirian," jawab Jungwon. "Ada naga dan pohon kebijaksanaan di suatu tempat. Mereka memang berada di sangat jauh dari sini, tapi bukan tidak mungkin untuk ditemukan."
Suara bisik-bisik mulai memenuhi ruang tamu. Banyak dari mereka yang merasa tak percaya bahwa naga dan pohon kebijaksanaan itu benar-benar ada. Bahkan mereka sempat menahan napas saat mendengar kata 'fenrir' keluar dari mulut Jungwon tadi.
Jungwon menambahkan lagi. "Ini adalah wasiat dari Licus untuk memberitahukan cerita ini pada semua orang di dunia sihir, jadi aku berencana menyebarkan cerita ini pada semuanya entah bagaimana caranya."
"Jangan dulu," sahut Heeseung. "Untuk sementara, sampai kita membersihkan para pengacau dari Federasi Kebebasan, aku ingin kau merahasiakannya dulu."
"Kenapa? Aku tahu ini cerita yang agak tabu, tapi–"
"Bukan, bukan itu," Heeseung menyela. "Tuan Joseph, apa Anda mempercayai semua orang yang ada di ruangan ini?"
"Tentu."
"Apa yang kau pikirkan, Heeseung?" tanya Johan.
"Ada pengkhianat di Dewan Pertimbangan."
"Aku sudah menduganya, tapi kalau pengkhianat itu memang bergabung dengan Federasi Kebebasan seharusnya dia sudah tahu cerita ini, kan? Kenapa repot menyembunyikannya?"
"Pengkhianat itu sepertinya belum mendapat cukup kepercayaan dari Ivarr," jawab Heeseung. "Selama ini, orang-orang yang memburu Jungwon hanya berasal dari Federasi Kebebasan. Mulai dari dua pria di Walpurgis sampai boneka homunculus yang menyerangnya tadi sore."
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!