43 - Guilty Crown (2)

888 159 20
                                    

"Kau sudah pulang? Bagaimana dengan sidangnya? Apa itu berjalan lancar?"

Baru Jay membuka pintu, dirinya sudah dicecar oleh berbagai pertanyaan dari Yeonjun. Jay tidak langsung memberi jawaban dan memilih untuk melepas sepatu.

Tidak banyak yang tahu kalau Yeonjun dan Jay tinggal serumah. Sebenarnya, mereka berdua dulu pernah tinggal di satu panti asuhan yang sama. Yeonjun sudah menganggap Jay seperti adik sendiri, jadi ketika Jay sudah cukup dewasa untuk meninggalkan panti, Yeonjun mempersilahkannya untuk tinggal bersamanya di rumah kecil itu.

"Sepertinya kami menemukan siapa dalangnya," kata Jay sambil mencuci tangan.

"Oh ya? Bukan Federasi Kebebasan?"

"Maksudku, orangnya, mungkin pemimpinnya."

"Siapa itu?"

"Ivarr Hong."

Yeonjun langsung tersedak kopi panasnya begitu ia mendengar nama itu. Buru-buru, Jay menuangkan segelas air dingin dan memberikannya pada Yeonjun.

"Ivarr?!" Yeonjun tampak tidak percaya. "Dia tidak ada kapoknya dari dulu."

"Kau mengenalnya, Kak?"

"Dibilang kenal sebenarnya tidak juga. Aku dulu sempat bergabung ke satu kamp penelitian yang sama dengannya. Selain karena dia berasal dari Eden dan aku dari Polaris, Ivarr juga dua tahun di atasku. Bisa dibilang aku tahu dia, tapi dia mungkin tidak tahu tentangku."

"Memangnya apa yang pernah dia lakukan dulu sampai kau terkejut begitu?"

"Banyak," jawab Yeonjun. "Ivarr itu terkenal suka membuat masalah. Dia kasar dan egois, semakin buruk lagi karena ayahnya adalah anggota dewan. Tapi yang terburuk dari Ivarr adalah obsesinya pada Homunculus."

"Homunculus? Apa itu?" tanya Jay.

Yeonjun menjelaskan, "Itu adalah proyek penelitian Ivarr sebelum dia lulus, yaitu menciptakan manusia buatan dari sel hidup."

"Menciptakan manusia?" Jay mengerutkan wajah. "Aku tidak salah dengar, kan? Sepertinya mengerikan."

"Dan menjijikkan," sambung Yeonjun. "Ivarr berhasil membuat sesuatu dari cairan semen dan telur. Benda itu bergerak, tapi itu benar-benar jauh dari manusia yang kita tahu. Penelitiannya ditolak oleh para professor, tapi dia tidak berhenti. Ivarr terus melanjutkan penelitiannya diam-diam hingga pada suatu saat, Ivarr muncul lagi dengan hasil penelitian yang bahkan sanggup mengubah dasar-dasar tubuh manusia."

Jay duduk di hadapan Yeonjun demi mendengarkan ceritanya dengan lebih nyaman.

"Sebenarnya, itu penelitian yang luar biasa hanya kalau dia tidak membunuh banyak penyihir selama prosesnya."

"Dia pasti dihukum karena hal itu, kan?"

"Tentu saja!" jawab Yeonjun cepat.

"Lalu, kenapa Keluarga Hong masih ada di kursi Dewan Pertimbangan? Aku tidak bermaksud membandingkan, tapi Keluarga Alsteris dicabut dari posisinya karena ibu Jungwon melakukan kejahatan."

Yeonjun menatap kopi hitamnya di atas meja dan tenggelam dalam pikirannya selama beberapa saat. "Aku tidak pernah iri pada anak-anak yang punya orang tua sebelumnya, tapi Yuri Alsteris benar-benar beruntung memiliki ayah seperti Tuan Joseph. Saat Ivarr dihukum, Tuan Hong diberi pilihan, meninggalkan Dewan Pertimbangan dan menerima hukuman bersama anaknya atau menghapus Hong dari nama Ivarr."

Jay langsung mengerti. "Dan dia memilih untuk membuang Ivarr."

"Ya." Yeonjun mengangguk. "Tuan Joseph diberi pilihan yang sama, tapi beliau bilang begini, Yuri adalah darah dagingku, bagaimana bisa aku tidak mengakuinya sebagai seorang Alsteris."

"Kak, bagaimana kau tahu begitu banyak hal?"

"Hm? Baik cerita Ivarr atau Alsteris sangat ramai diberitakan di koran-koran dulu. Kau tahu, Jay, para penyihir yang menyandang nama keluarga terhormat memiliki banyak mata yang selalu mengawasi mereka. Dalam beberapa hal, memiliki nama belakang sebenarnya tidak terlalu menyenangkan."

.

.

Di salah satu sudut wilayah kumuh yang gelap dan tertutup, terdapat sebuah rumah yang terlihat reyot dari luar. Dua orang pria dengan jubah hitam memasuki rumah itu sembunyi-sembunyi. Mereka menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat situasi sebelum membuka pintunya dengan sihir.

Mereka menggeser sepetak kayu di lantai, lalu menuruni tangga sempit yang muncul di bawahnya. Dengan bola api kecil mereka menerangi jalan hingga sampai pada sebuah ruangan bawah tanah.

"Ivarr."

Seorang pria tinggi berkulit pucat dan berambut hitam lurus berbalik pada mereka. Wajah pria itu agak cekung dengan bibir kecil yang merah. Ivarr, putra bungsu Tuan Hong yang telah diusir dari keluarga dan seorang buron yang baru saja kabur dari penjara.

"Aku sudah menerima pesannya tadi. Gio dan Fabal sudah dibunuh katamu?"

"Ya, kami sudah memastikannya. Entah apa yang terjadi pada Gio, tapi Fabal tampaknya membakar dirinya sendiri."

Ivarr tersenyum. "Itulah kekuatan sesungguhnya dari domination."

"Domination? Jadi benar kalau anak itu yang membunuh mereka?"

"Kalian tidak boleh meremehkan domination, khususnya domination yang dimiliki oleh anak itu." Ivarr berjalan menuju gumpalan bercahaya yang diletakkannya di tengah-tengah ruangan, lalu mengelusnya untuk sesaat. "Dia adalah kunci untuk keberhasilan rencana kita. Kita harus mendapatkannya mau bagaimana pun caranya. Belum tahu di mana lokasi anak itu sekarang?"

"Masih belum. Kami menduga kalau Heeseung Charlotte turut campur tangan dalam menghilangnya dia."

"Charlotte?" Gigi-gigi Ivarr bergemlatukan. "Padahal sudah ku suruh Dale mencarinya di dunia manusia dan akhirnya anak itu begitu dekat dalam jangkauan tanganku. Aku bahkan membuat panggung yang begitu hebat, tapi kalian bilang kalau keturunan Charlotte ikut campur? Lagi?! Ini kesalahan kalian!"

"I –Ivarr!"

Kedua pria itu langsung mundur begitu Ivarr mulai mendekati mereka dengan wajah marah. Tangan Ivarr menggenggam sebuah suntikan panjang dan besar. Begitu ia melepaskan secercah cahaya, cahaya itu menyilaukan salah satu dari mereka di ruangan gelap itu.

Ivarr melihat kesempatan dan langsung menusuk salah satunya dengan suntikan. Pria itu hanya mampu menjerit untuk beberapa saat sebelum tubuhnya meluruh jadi gumpalan daging tak berwujud di atas lantai.

"Apa yang kau lakukan padanya? Kau membunuhnya!"

"Tidak." Ivarr menyeringai. "Aku akan membuatnya jadi insan yang baru lagi dan tentu saja lebih kuat dari sebelumnya. Jangan khawatir."

Pria itu merinding ketika Ivarr mengambil segenggam dari daging itu dan meremas-remasnya dengan tangan. Ivarr bercerita masih dengan seringaian di wajahnya, "Orang-orang menyebut penelitianku menjijikkan dan memberitahuku kalau aku terobsesi. Mereka yang bilang bahwa aku telah membuat pilihan yang salah sebenarnya juga orang yang sama dengan yang mengatakan bahwa aku adalah kecacatan Keluarga Hong dan aku harus membuktikan nilaiku. Sebenarnya apa yang mereka mau? Aku tak mengerti."

Ivarr menyalakan seberkas cahaya di tangannya. Cahaya itu cukup terang, tapi tidak bertahan lama. "Memangnya itu salahku kalau cahayaku hanya seterang lampu kecil?"



-to be continued-

POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang