Dua jam sebelum gempa terjadi.
Yeonjun melepas melepas topi, lalu duduk di salah satu tribun paling atas. Tangannya mengibas-ibas karena kepanasan. Baru saja Yeonjun memutar tutup botol minum, kehadiran seseorang mengejutkannya hingga ia hampir menumpahkan isinya.
"Heeseung, tolong jangan suka muncul tiba-tiba begitu."
Heeseung mengabaikan perkataan Yeonjun dan memilih untuk duduk di sampingnya. "Saya kira Anda juga yang akan jadi komentator."
"Perwakilan dari Saint Lucia terlihat semakin dekat dengan kristal agonite!"
"Wah! Apakah itu sihir cahaya Keluarga Hong yang terkenal di sisi kiri?!"
"Runtuh! Tanahnya runtuh, pemirsa!"
"Tidak, itu tugas klub penyiaran," balas Yeonjun. "Aku hanya melakukan penyambutan dan menjelaskan aturan turnamennya di awal saja. Mungkin nanti di akhir juga."
"Kalau boleh saya bertanya, apa alasan Anda mengirim Jungwon ke Walpurgis?" Heeseung bertanya sambil membuka sebungkus snack dan meletakkan minuman dingin di dekat kakinya.
"Kenapa? Kau merasa dia tidak pantas?"
"Tidak, bukan begitu. Saya hanya ingin tahu bagaimana Anda melihatnya."
Yeonjun terlihat menimbang-nimbang. Matanya terus tertuju pada layar yang menampilkan wajah-wajah perwakilan Polaris yang sedang berlarian di dalam gua. "Jungwon adalah siswaku yang paling pesat perkembangannya. Dia tumbuh sangat cepat, bahkan terlalu cepat untuk ku amati. Domination adalah sihir yang sangat kuat, Heeseung. Mungkin itu tidak mempan padamu, tapi Jungwon adalah yang paling unggul di antara teman-teman sebayanya."
"Saya tidak tahu kalau Anda punya penilaian yang sangat tinggi pada anak itu. Pantas saja Anda memberikannya ijin dengan mudah untuk berduel dengan saya kemarin," balas Heeseung.
"Jungwon itu istimewa. Dia bisa mendapatkan banyak hal hanya dengan berlatih sedikit. Selain itu, entah apakah karena domination, Jungwon punya kemampuan memimpin anak-anak di sekitarnya dan dia juga pandai menganalisis situasi. Dia adalah pilihan pertamaku saat aku diminta untuk memilih perwakilan Walpurgis. Lagipula, apa yang akan orang-orang katakan kalau aku tidak mengirim anak yang peringkat satu di ujian masuk sekaligus MVP ujian semester?"
"Anda benar."
Mereka berdua kembali memperhatikan jalannya turnamen melalui layar. Menanti-nanti apakah ada hal menarik yang akan terjadi hari ini.
Di dalam gua, perwakilan Akademi Polaris berlari menyusuri lorong-lorong gua dengan Jo memimpin di depan. Semakin dalam, gua itu semakin gelap. Mereka menggunakan cahaya dari jam tangan masing-masing untuk menerangi jalan.
"Apa masih jauh?" tanya Niki.
Jo mengangguk. "Iya, masih ada beberapa belokan lagi."
"Jo, ada berapa lantai dalam gua ini?" Jungwon bertanya.
"Hanya ada satu. Susunan gua ini lebih mirip seperti labirin batu dengan atap karena permukaannya juga datar," jawab Jo.
Waktu itu, Jungwon menyadari sesuatu. Kakinya berhenti.
"Ada apa, Jungwon?"
Jungwon mengamati sekitarnya. Tangannya melambai-lambai, lalu menyentuh dinding. Matanya terus bergulir memeriksa setiap sudut gua di hadapannya.
"Yuma, seharusnya hujan bisa membunuh asap, kan?"
"Ya, ku rasa."
"Tolong basahi semua area di sekitar kita. Buatlah sampai sangat basah."
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanficJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!