"Jungwon!"
Suara Sunoo adalah yang menyambut Jungwon pertama kali setelah ia membuka mata. Kalau dilihat dari langit-langitnya, sepertinya saat ini Jungwon sedang berada di dalam salah satu pos darurat yang disediakan selama ujian.
"Syukurlah kau baik-baik saja. Semalaman kau demam dan menggigil, aku benar-benar senang akhirnya kau bangun."
Semalaman? Tunggu dulu!
Jungwon langsung bangkit. "Ujiannya?!"
"Sudah berakhir. Sekarang sudah tengah hari dan semua poinnya sudah dihitung tadi."
Jungwon menutup mukanya dengan dua tangan. Hancur. Hancurlah sudah nilai ujiannya.
"MVP kita sudah bangun rupanya!" Yeonjun memasuki tenda bersama Niki yang mengikuti di belakangnya.
"MVP?" tanya Jungwon. "Siapa?"
Yeonjun menunjuk Jungwon. "Kau!" pekiknya.
"Aku?"
"Wah-wah, aku benar-benar takut setengah mati saat Sunoo melapor ke pos kalau dia melihatmu pergi melewati batas."
"Apa yang terjadi?"
"Kami menemukanmu tergeletak pingsan bersama sepuluh kepala deerhound mengelilingi tubuhmu. Sungguh, itu adalah pemandangan yang tak terlupakan. Kau mendapatkan 1120 poin dan otomatis menjadi pemilik poin terbanyak di Hunting Festival tahun ini –tidak, bahkan di antara seluruh Hunting Festival yang pernah diadakan," jelas Yeonjun bangga. Senyumnya sangat lebar dan wajahnya sedikit memerah karena bersemangat.
"Tapi bukankah saya melanggar peraturan dengan pergi ke luar perbatasan?"
"Kau memang melanggar peraturan, tapi peraturan itu dibuat untuk melindungi kalian. Kalau kalian baik-baik saja, kami tidak bisa mengatakan apa-apa. Selamat, Jungwon."
Pesta penutupan Hunting Festival diadakan sore harinya. Seluruh tanaman yang telah dikumpulkan disumbangkan ke pabrik obat-obatan dan hewan-hewan buruan dimasak untuk dinikmati bersama-sama.
Dulu, waktu pertama kali datang ke dunia sihir, Jungwon ragu untuk makan makanannya karena hewan-hewan di dunia sihir memiliki bentuk yang sedikit berbeda dari hewan-hewan yang ia tahu. Namun, sekarang Jungwon pikir dia tidak akan bisa hidup tanpa memakan daging rabbird.
"Kau benar-benar keren, Jungwon," puji Niki. "Kau kehilangan seluruh poinmu di hari kedua, tapi kau berhasil membalikkan keadaan bahkan dengan seribu poin di hari ketiga."
"Dia kehilangan semua poinnya?!" tanya Sunoo kaget.
Niki mengangguk. "Rico merampoknya bahkan memberinya racun yang menghilangkan suaranya. Sekarang bagaimana kondisimu, Jungwon?"
"Aku sudah sedikit baikan."
"Pantas saja suara Jungwon agak serak," balas Sunoo manggut-manggut. "Sepulangnya nanti kau harus memeriksakan dirimu. Mungkin saja kau mengalami luka dalam atau sejenisnya. Kita tidak tahu apakah racun yang diberikan Rico tidak memiliki efek lain."
Sunoo melirik sinis pada Rico yang duduk di seberang meja mereka. Kalau saja sekarang bukan momen bahagia, mungkin Sunoo sudah mencabuti bulu mata anak itu satu per satu.
Bukan hanya Sunoo, tapi Jungwon juga menatap Rico penuh kebencian. Gara-gara dia, Jungwon hampir mati dimakan serigala.
"Kau tenang saja, Jungwon," Niki bersuara. "Nanti aku akan laporkan dia pada ayahku. Tidak sulit untuk menemukan siapa orang yang menjual racun dan stimulan itu pada Ronwell di dunia bawah."
"Terima kasih, Niki."
"Jangan dipikirkan."
Mereka terlarut dalam nikmatnya makanan, hangat api unggun besar yang menyala di tengah-tengah lapangan, dan suara alunan musik yang ceria. Ada denyut yang samar di kepala Jungwon, tapi suasana pesta itu mengalihkannya. Sesuai saran Sunoo, Jungwon harus minta Soobin untuk memeriksa keadaannya nanti sesampainya di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanficJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!