Jungwon sangat serius dengan cita-citanya menjadi seorang mage. Sebagai seorang Alsteris yang tidak kekurangan baik dari segi sumber daya maupun kekuatan, Jungwon tidak ingin menyia-nyiakan semua keberuntungan yang diberikan kepadanya. Jadi, selama waktu yang kosong karena dunia sihir sedang membenahi diri, Jungwon menerima pelajaran silih berganti dari Nox dan Soobin, beberapa kali bahkan dari kakeknya juga.
"Hmm..." Soobin menggoyangkan gelas reaksi yang baru saja dipakai Jungwon untuk meramu obat pemulih stamina. "Ini bagus, bagus sekali."
Mata Jungwon berbinar senang. Dia menghabiskan dua hari tanpa tidur untuk membuat itu.
"Tapi akan lebih baik kalau kau menggunakan bahan-bahan yang harganya jauh lebih terjangkau, Jungwon." Soobin tidak lagi menggunakan kalimat formal dan panggilan tuan muda pada Jungwon karena sekarang Jungwon adalah muridnya.
Soobin menerima beberapa persen lebih banyak dari bayarannya untuk mengajar Jungwon. Pria itu sebenarnya tidak berniat menerima murid, tapi dia tidak bisa menolak permintaan Alsteris.
"Bahan yang lebih murah?" Jungwon terlihat ragu-ragu. Perbedaan kualitas bahan sangat berpengaruh dalam pembuatan ramuan obat. Jungwon sengaja memlih bahan yang agak mahal bukan hanya karena efeknya saja, tapi juga agar pembuatannya jadi lebih mudah.
"Obat itu dinilai dari kegunaannya. Kau tidak melupakan ucapan Profesor Herbert dulu, kan?"
Jungwon menunduk. Di dunia sihir, penggunaan obat sebagian besar ditujukan untuk penyihir-penyihir miskin yang tidak mampu membayar healer. Membuat obat yang terjangkau merupakan sebuah keharusan dan tidak ada gunanya sebuah obat bila itu tidak dapat digunakan oleh yang membutuhkannya.
Soobin meletakkan tangannya pada bahu Jungwon. "Tidak ada gunanya mempelajari semua hal dengan cepat bila kau tidak paham tujuanmu mempelajari itu. Menjadi mage adalah jalan yang sulit dan juga panjang. Kalau kau berpikir untuk menyusuri jalan itu dengan berlari, maka kau yang akan kelelahan bahkan kau bisa terjatuh dan berhenti di tengah-tengah."
Jungwon mungkin terlalu terpacu pada Beomgyu yang merupakan mage termuda di dunia sihir. Dia tidak pernah berpikir kalau Beomgyu mendapatkan gelar itu karena sejak awal dia bisa melakukan semua hal dengan kotak-kotaknya tanpa perlu mempelajari sihir satu per satu.
"Kau masih muda dan kau punya pilihan yang tidak terbatas untuk hidupmu. Pilihan-pilihan itu mungkin akan membuatmu tersesat dan kebingungan, tapi jangan khawatir karena semua orang yang ada di dekatmu akan menuntunmu kembali ke jalan yang benar."
Sesi pelajaran itu berakhir dengan sebuah ledakan kecil karena Jungwon keliru memasukkan bahan. Ketika kakek melihat Jungwon berjalan melewati taman dengan wajah hitam dan rambut berantakan, dia tidak bisa untuk tidak bertanya apa yang baru saja terjadi sambil sedikit menahan tawa.
"Ada sedikit kecelakaan," jawab Jungwon malu.
"Tidak apa-apa. Aku dulu juga pernah meledakkan gudang karena salah menulis diagram. Hanya kesalahan kecil, tidak usah dipikirkan."
"Iya."
"Omong-omong, bukankah tiga hari lagi semester baru akan dimulai kembali?" Pertanyaan itu Jungwon jawab dengan anggukan, lalu Joseph bertanya lagi, "Apa kau punya rencana untuk sisa liburmu besok?"
"Sebenarnya aku dan teman-temanku janjian menjenguk Kak Jay di Ivy Tower, tapi sepertinya dia sudah pulang." Jungwon terlihat berpikir sebentar. "Mungkin aku tidak akan melakukan apa-apa."
"Kalau begitu, ada satu tempat yang kakek ingin kau datangi."
.
.
Ini pertama kalinya Jungwon melihat gate. Dulu saat Jungwon sampai di dunia sihir, dirinya terlelap begitu nyenyaknya di dalam mobil, jadi dia tidak tahu bagaimana caranya menembus dimensi dari dunia manusia ke dunia sihir maupun sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!