"Me –mereka..." Sunoo tergagap. "Mereka tidak punya telinga."
Pantas saja mereka tidak mematuhi perintah Jungwon. Mereka tidak bisa mendengar karena memang tidak punya telinga.
"Sepertinya kita harus mulai serius." Sunoo mengeluarkan sesuatu dari tas sihirnya; sebuah gulungan yang bila dibuka mengeluarkan cahaya keemasan. "Ibu pertiwi yang agung, lindungilah putra-putramu dari mereka yang berniat mengotori tanahmu. Ku mohon, berkahilah kami dengan kelimpahan."
Setelah Sunoo menyelesaikan mantranya, ada pendar cahaya yang melapisi tubuh Jungwon dan Niki. Cahaya itu menyelimuti mereka dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Apa yang kau lakukan, Sunoo? Benda apa itu?"
"Magic scroll!" jawab Sunoo antusias. "Seluruh mantra yang ada di dalam sini memiliki efek melindungi dan menambah kekuatan. Aku jamin kalian tidak akan terluka sampai 15 menit ke depan."
Tidak ada hal yang bisa Sunoo lakukan selain membantu teman-temannya dengan cara seperti ini. Mengesampingkan dirinya yang masih belum pulih sepenuhnya, sejak awal Sunoo memang bukanlah anak yang pandai bertarung. Daripada jadi beban, dia memilih untuk mundur dengan rendah hati dan melindungi teman-temannya dari belakang.
"Terima kasih, Sunoo."
Jungwon dan Niki berlari maju, begitu pula musuh mereka yang langsung menyambut. Jungwon melompat, meneriakkan 'alternate' hingga sebuah tombak berpisau panjang muncul di tangannya.
"Frost!" Ketika Jungwon berhasil menusuk salah satu dari mereka, es menjalar dari luka yang terbuka hingga ke seluruh tubuh sampai orang itu benar-benar membeku sepenuhnya.
Niki yang berada di samping Jungwon menganga lebar. "Woah, apa-apaan senjata itu?"
"Jangan meleng, Niki!"
Buagh!
Peringatan Jungwon tepat waktu sehingga Niki bisa langsung menonjok orang yang datang kepadanya.
Berbeda dengan orang-orang yang menjemput Jungwon di Walpurgis, anggota federasi yang dikirim hari ini lebih seperti keroco yang lemah. Mereka tidak punya sihir yang kuat atau pun teknik beladiri yang istimewa.
Jungwon menghembuskan napasnya yang sedikit berasap karena kedinginan. "Sedikit lagi."
Ketika mereka terus fokus pada lawan di hadapan mereka, seseorang mengincar Sunoo yang menunggu dengan magic scroll-nya di belakang. Jungwon menyadari itu, tapi tak cukup waktunya untuk mengejar.
"Sunoo!" Jungwon benar-benar tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi. "Alternate!"
Tombak Jungwon menghilang sementara hujan pisau jatuh ke tempat pria yang hendak menyerang Sunoo. Dia tidak berhasil menghindarinya dan berakhir tertusuk oleh pisau-pisau itu.
Jungwon mengulurkan tangannya, kemudian pisau-pisau itu terbang ke arahnya dan kembali ke wujud tombak.
Niki lagi-lagi menganga antara kagum dan heran. "Itu senjata apa Jungwon?"
"Relik keluargaku. Ares armory."
Ares armory, kata kakek itu bukan nama aslinya. Joseph hanya mengarangnya karena relik itu tidak punya nama saat ditemukan. Dinamai demikian karena relik tersebut dapat berubah bentuk menjadi semua senjata yang pernah ada di dunia.
Berapa banyak variasi senjata yang bisa diwujudkan hanya terbatas pada pengetahuan penggunanya saja. Bila penggunanya punya banyak wawasan mengenai perang dan senjata, maka relik itu juga akan jadi semakin kuat. Bukan hanya dapat menjadi senjata yang berbeda-beda, ares armory juga dapat dikombinasikan dengan berbagai sihir seperti tombak es yang Jungwon buat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
Fiksi PenggemarJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!