Jungwon tidak pernah mengira kalau Sekolah Eden ternyata berada di tengah hutan seperti ini, tapi Jay bilang mungkin saja mereka berada di gerbang belakang. Itu masuk akal karena Akademi Polaris juga punya wilayah hutan pribadi di belakang sekolah.
Saat Jungwon berniat masuk melalui gerbang itu, Jay menahannya. "Kau tidak bisa sembarangan masuk ke sana! Pelindungnya bisa membuatmu tersetrum. Hanya siswa yang bersekolah di sini dan guru yang mengajar yang bisa masuk."
"Tapi benangnya–"
"Jungwon," potong Jay. "Kita harus berhenti di sini."
Jungwon menyerah dan mereka pun kembali ke jalan yang mereka susuri tadi. Sebenarnya pencarian hari ini sudah lebih dari cukup untuk permulaan, tapi Jungwon tetap saja merasa kecewa. Sedikit lagi dia akan sampai pada kebenaran. Namun, sesuatu menghalangi jalannya dan memaksanya untuk mundur.
Jay yang melihat Jungwon berjalan gontai dengan kesedihan di wajahnya itu jadi merasa kasihan. "Ada cara lain agar kau bisa masuk ke Sekolah Eden. Itu pun kalau kau benar-benar bertekad."
"Apa itu?" Jungwon menyahut antusias.
"Octagon. Kau bisa masuk ke sana kalau kau menjadi anggota Octagon."
Dahi Jungwon berkerut. "Octagon?"
"Kau tidak tahu Octagon?" Jay tampak terkejut. "Itu semacam organisasi di mana siswa-siswa terbaik di dunia sihir berkumpul. Mereka punya banyak sekali hak istimewa dan salah satunya adalah bebas mengunjungi sekolah mana pun."
Jungwon menangguk paham. "Ku rasa itu adalah ide yang bagus. Kalau begitu, aku akan bergabung dengan Octagon."
"Jangan salah paham dulu, Jungwon. Delapan kursi di Octagon sudah terisi penuh. Selain itu, satu sekolah hanya boleh punya satu perwakilan dan sekolah kita sudah punya satu. Kau harus merebut kursi Octagon darinya kalau kau mau mengunjungi Sekolah Eden."
"Apa Kak Jay punya informasi tentang siswa itu?"
Jay menggeleng. "Sayangnya, aku hampir tidak tahu apa-apa tentang dia selain bahwa dia adalah yang terkuat di Octagon. Ku dengar dia adalah siswa tahun ketiga. Hampir tidak ada yang pernah bertemu dengannya karena dia tidak pernah masuk sekolah. Meskipun dia membolos setiap hari, statusnya sebagai anggota Octagon membuatnya kebal terhadap semua peraturan. Merebut kursi Octagon darinya, itu benar-benar hanya mudah dalam perkataan saja."
Pening menyerang kepala Jungwon. Sekarang tujuannya jadi bercabang-cabang dan banyak sekali langkah yang harus ia lalui untuk sekedar menemukan pengirim surat anonim ini. Dia harus mencari informasi tentang siswa tahun ketiga itu, mengalahkannya, merebut kursi Octagon darinya, dan entah bagaimana caranya menggunakan wewenang Octagon untuk masuk ke Sekolah Eden.
Jay tersenyum melihat raut wajah Jungwon yang tampak kesulitan. "Tenang saja, Jungwon. Besok datanglah ke klub kalau kau sungguh-sungguh dengan tujuanmu. Akan ada seseorang yang mungkin bisa membantu."
.
.
Mengunjungi klub berkebun setiap sepulang sekolah adalah rutinitas baru bagi Jungwon. Itu selalu jadi kegiatan yang menyenangkan, tapi hari ini rasanya sedikit berbeda karena dia bertemu dengan sosok yang tidak terlalu ingin ia lihat di ruangan ini.
"Kenapa kau ada di sini?" Jungwon menatap Sunghoon dengan muka masam.
Sunghoon melotot. "Begitukah caramu bicara pada seniormu?"
"Kalian saling mengenal?" tanya Niki.
Jungwon mengangguk. "Dia menguntit healer keluarga kami sampai beberapa waktu yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!