06 - Hari Pertama

1.4K 231 31
                                    

Pendidikan di Akademi Polaris ditempuh selama tiga tahun normalnya dan maksimal empat. Siswa tahun pertama memiliki satu bintang perak di kerah seragam mereka, tahun kedua dua bintang, dan tahun ketiga tiga bintang. Mereka bisa memperoleh bintang emas tambahan bila  memiliki pencapaian yang pantas.

Jungwon pikir bintang perak terlihat cukup bagus di bajunya, tapi kakek bilang begini tadi pagi. "Tidakkah terlihat terlalu polos hanya dengan satu bintang perak?"

Kakeknya tak pernah berusaha menutupi ambisinya pada Jungwon. Jungwon sendiri tidak masalah dengan tuntutan itu, hanya saja terkadang dia sedikit penasaran kenapa kakeknya begitu ambisius?

Apa murni karena kakek merupakan penyihir dengan reputasi yang baik? Ada yang bilang kalau orang yang di atas itu selalu punya tujuan yang besar.

Mimbar guru yang diketuk menyadarkan Jungwon dari lamunan. Di sana, dia melihat wajah yang familiar.

"Perkenalkan nama saya Yeonjun dan saya yang akan menjadi pembimbing kalian selama satu tahun ke depan."

Jungwon tidak pernah mengira kalau dia akan bertemu lagi dengan orang ini. Maksudnya, tidak secepat ini.

Yeonjun membetulkan kacamatanya dan mencondongkan tubuhnya ke depan. "Sebenarnya, wali kelas kalian adalah guru yang lain, tapi beliau sedang mengemban tugas di suatu tempat. Selain sebagai wali kelas, saya juga bertanggung jawab untuk mengajari kalian dasar-dasar transmutasi. Untuk jadwal pelajaran dan guru yang mengajar bisa kalian lihat sendiri di sini."

Kertas-kertas berwarna kecoklatan terbang ke penjuru kelas dan berhenti di hadapan masing-masing siswa. Persis seperti ketika Yeonjun membagikan lembar soal di ujian masuk sebelumnya.

Saat itu, salah seorang siswa mengangkat tangan. "Professor–"

"Ah, jangan panggil saya begitu. Saya belum jadi professor," potong Yeonjun cepat.

"Ehm, baiklah. Sir, apakah Anda seorang alkemis?"

Yeonjun menggeleng. "Bukan."

"Kalau bukan, kenapa Anda mengajar dasar transmutasi?"

"Bukan alkemis bukan berarti saya tidak ahli dalam hal itu, kan?"

Jungwon menatap Yeonjun takjub. Itu adalah kalimat paling keren yang pernah dia dengar seumur hidupnya. Seandainya saja Jungwon punya secuil kepercayaan diri dari Yeonjun, hidupnya pasti jadi sedikit mudah.

"Lalu, ada juga penilaian kelompok. Bentuklah sebuah kelompok berisi tiga atau empat orang. Mereka yang akan jadi partner kalian selama satu semester, jadi pilihlah baik-baik."

Yeonjun hanya datang untuk memberikan salam pagi dan begitu ia pergi, keadaan kelas langsung ramai. Jungwon mengedarkan pandangan dan dia menemukan seseorang yang dia inginkan sekelompok dengannya.

"Ayo sekelompok denganku."

Jungwon tidak memperhatikan karena sibuk dengan dirinya sendiri tadi. Dia tidak menyadari kalau ternyata dia sekelas lagi dengan si bungsu Rochephanta yang ia temui di ujian masuk.

"Namaku Jungwon," kata Jungwon mengulurkan tangan.

"Niki."

Saat Niki menerima uluran tangan Jungwon, kelas mendadak tenang. Mereka saling melempar pandangan. Semuanya berpikir sama, tidak ada yang cukup berani untuk membuat kelompok dengan Jungwon dan Niki.

Niki yang menyadari lingkungan sekitarnya lantas bertanya. "Bagaimana ini? Kalau kita satu kelompok mungkin tidak ada yang mau bergabung."

"Pasti ada."

Jungwon menarik Niki ke meja salah satu murid di sana. Dia adalah seorang anak laki-laki berambut coklat kemerahan. Kulitnya pucat dan dia menggunakan sebuah anting perak panjang di telinga kirinya.

POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang