"Sebelumnya, Heeseung hanya menganggapnya seperti permainan dan sekarang dia akan benar-benar memulainya."
Waktu ia melihat Heeseung benar-benar mengeluarkan sebuah relik, Jungwon merasa waspada. Dia memegang anting di telinganya dan seperti arahan Sunoo, Jungwon berkata, "Jadilah kekuatanku."
Anting itu bersinar. Setitik cahaya kecil melompat ke tangan Jungwon, lalu membentuk sebuah tombak setinggi tubuhnya. Tombak perak itu punya ujung yang tajam dengan sebuah kristal berwarna biru kehijauan. Gagangnya lumayan ramping dan ringan sehingga sangat pas dalam genggaman.
"Mermaid tears," Heeseung menunjuk pada tombak itu. "Nama tombak yang kau pegang."
Jungwon memberikan ekspresi bertanya dan Heeseung menjawabnya begini, "Tentu aku tahu, karena aku yang memberikannya."
Jungwon tidak punya waktu untuk merasa penasaran karena tiba-tiba Heeseung sudah ada di hadapannya. Pedang hitamnya terayun dan Jungwon langsung menggerakkan tombaknya untuk menahan serangan itu.
Dorongan yang dihasilkan dari momentum senjata mereka hampir saja melempar Jungwon keluar. Dengan susah payah, Jungwon mengerem kakinya hingga ia sampai persis di ujung arena.
"Sekali lagi, ku mohon jangan salah paham. Aku tidak benar-benar ingin merundungmu di sini," kata Heeseung.
Heeseung melompat dan lagi-lagi dia sudah ada di belakang Jungwon tanpa sepengetahuannya. Punggung Jungwon ditendang. Kali ini Jungwon tidak sampai terlempar, tapi rasa sakitnya luar biasa.
Seakan-akan tulang punggungnya patah jadi dua.
"Argghh!!" Jungwon meringkuk di lantai arena sambil mengerang kesakitan.
Heeseung berjalan pelan ke arah Jungwon dengan tatapan dingin. Sekarang Jungwon sudah memastikan bahwa rumor yang mengatakan kalau Heeseung Charlotte itu tak kenal belas kasih adalah benar.
"Aku menang," kata Heeseung.
Begitu saja? Jungwon tidak akan membiarkannya.
Kalau Jungwon kalah di sini, kesempatannya untuk jadi anggota Octagon akan hilang dan dia harus menunggu setahun lagi untuk mendapatkannya. Itu terlalu lama. Jejak dari surat itu bisa pudar sewaktu-waktu. Bila jejaknya hilang, maka Jungwon tidak akan punya petunjuk apa-apa lagi. Dia harus menang sekarang atau tidak sama sekali.
"Tidak, masih belum."
Itu hanya gumaman lirih, tapi Heeseung mendengarnya. Dia lantas menendang perut Jungwon hingga anak itu terlempar ke tengah-tengah arena.
"Kau bahkan tidak bisa memanfaatkan kekuatan relik itu dengan benar. Apa kau tidak malu pada dirimu sendiri?" Heeseung menusuk pedangnya di dekat kepala Jungwon. "Sedikit informasi saja, mermaid tears punya kemampuan untuk menghambat gerakan musuh. Relik itu bisa membuat sebuah lingkungan yang menguntungkan untuk penggunanya."
"Kenapa kau memberitahukan hal itu padaku?"
Jungwon bertanya-tanya. Bila sihir Heeseung ada pada kecepatannya, maka kekuatan relik punya Sunoo ini akan sangat merugikannya. Seharusnya biarkan saja Jungwon tetap tidak tahu.
Seolah memahami isi kepala Jungwon, Heeseung berkata, "Ku pikir kau harus memahami kekuatan relik itu dahulu sebelum memakainya. Aku kasihan dengan mermaid tears karena dipegang oleh penyihir yang tidak berguna dan tidak bisa apa-apa."
Sungguh, tidak ada satu pun kata-kata baik yang keluar dari mulut Heeseung sejak tadi. Apa tidak ada yang mengajarinya cara untuk bicara dengan orang lain? Kalau dipikir-pikir lagi, Niki memang mengatakan kalau kelemahan Heeseung adalah dia tidak punya kemampuaan untuk bersosialisasi.
![](https://img.wattpad.com/cover/348429128-288-k965560.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!