"Apa yang terjadi sebenarnya?" Niki berjalan cepat dengan Sunoo di sampingnya.
Bukan hanya mereka berdua, tapi hampir seluruh siswa kelas satu sedang memenuhi lorong-lorong dengan suara-suara antusias. Baru beberapa menit Jungwon meninggalkan kelas, tahu-tahu seorang siswa berlarian ke seluruh lorong sekolah sambil berteriak, "Heeseung Charlotte ada di sekolah dan Jungwon sedang menantangnya untuk kursi Octagon!"
Jungwon memang dengan jelas mengatakan kalau dia akan menantang Heeseung duel, tapi Niki tidak tahu kalau akan secepat ini. Belum genap seminggu sejak Jungwon bertarung melawan Niki dan tidak bisa memenangkannya sama sekali, sekarang dia sudah berani saja melawan penyihir yang dianggap paling kuat di dunia sihir.
Niki tidak yakin apakah Jungwon sudah cukup persiapan. "Apa yang sedang Jungwon pikirkan? Dia memang agak aneh, tapi aku tahu dia tidak tolol," katanya.
Sementara itu, sepertinya Sunoo adalah orang yang paling panik di sini. "Niki, apa Jungwon mengatakan sesuatu padamu? Bukankah dia bilang dia masih butuh waktu?"
"Aku juga tidak tahu."
Mereka pergi menuju salah satu lapangan di dekat gedung guru. Lapangan itu punya arena yang paling luas, biasa digunakan untuk turnamen besar atau ujian akhir.
Ketika sampai di sana, berpuluh-puluh golem Yeonjun berbaris memutari arena, menghalangi siapa pun yang ingin melihat pertarungan itu. Begitu banyak siswa yang ingin menonton sampai golem-golem Yeonjun hampir tidak bisa mengatasinya.
"Kalian berhenti di sana! Ini pertandingan terbatas, tidak ada penonton! Pergi dari lapangan atau kalian akan mendapat sangsi berat." Yeonjun mengeraskan suaranya dengan sihir, tapi tampaknya tidak ada yang mau mendengar peringatan itu.
Charlotte merupakan nama belakang paladin, sedangkan Polaris adalah keluarga yang punya pengaruh besar meskipun bukan lagi bagian dari pemerintahan. Pertarungan antar dua keluarga paling kuat di dunia sihir jelas bukanlah sesuatu yang boleh dilewatkan begitu saja. Anak-anak itu berharap mereka bisa melihat pertandingan paling seru dan mungkin bisa belajar beberapa hal juga. Banyak keuntungan yang bisa mereka dapatkan, hukuman dari Yeonjun tentu sama sekali tidak terasa menakutkan
"Kalian berdua mundur!" perintah Yeonjun pada Niki dan Sunoo yang terus mendorong golemnya dengan keras.
"Sir, ijinkan saya untuk bertemu Jungwon sebentar saja!" pinta Sunoo. "Hanya sebentar! Saya mohon!"
Wajah Sunoo yang memerah dan kelihatan sangat serius itu membuat Yeonjun iba. Akhirnya, dia mengijinkan Sunoo untuk menghampiri Jungwon di tepi arena.
"Jungwon, ke sini sebentar!"
Jungwon berjongkok di hadapan Sunoo karena arena itu lebih tinggi dari lantai Sunoo berpijak. Sunoo mengulurkan tangannya ke sisi kepala Jungwon dan tiba-tiba sengatan kecil terasa di daun telinganya.
"Aww!" gaduh Jungwon.
Sunoo menjepit antingnya dengan paksa di telinga Jungwon hingga berdarah.
"Sunoo, apa ini?" tanya Jungwon sambil mendesis kesakitan.
"Relik," Sunoo melirik Heeseung yang berdiri cukup jauh dari mereka. "Niki pernah bilang kalau Heeseung punya banyak relik, kan? Paling tidak kau harus punya satu untuk melawannya."
Anting Sunoo adalah relik? Jungwon tidak pernah mengetahuinya. Dia kira Sunoo hanya iseng saja untuk menunjang penampilan.
"Katakan 'jadilah kekuatanku' sambil memegang anting itu dan kau akan bisa menggunakannya sebagai senjata."
Jungwon tak bisa mengatakan apa-apa lagi selain mengangguk dan berterima kasih pada Sunoo. "Aku akan menggunakannya dengan baik."
"Good luck, Jungwon!"
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!