34 - Dongeng Lima Bersaudara

1K 179 20
                                    

Kira-kira dua hari setelah ujian selesai, Jungwon berjanji pada Sunoo untuk menemaninya pergi ke perpustakaan di Capitol. Sunoo bilang dia harus ke sana karena perpustakaan itu punya ribuan koleksi buku yang tidak akan bisa ditemukan di mana pun.

Dengan diantar Nox, Jungwon menjemput Sunoo ke rumahnya. "Kau menepati janjimu, Jungwon," kata Sunoo saat ia memasuki mobil.

"Ada keperluan apa ke perpustakaan?"

"Kau tidak tahu? Persiapan Walpurgis."

Mata Jungwon melebar. "Bukankah Walpurgis hanya festival kuliner dan turnamen?"

"Oh iya, aku lupa menjelaskannya padamu." Sunoo menepuk dahinya pelan. "Sebelum turnamen, ada ujian tertulis dulu supaya masuk kualifikasi. Tenang saja, aku yang ditugaskan, kau bisa mempersiapkan turnamennya dengan nyaman."

"Kenapa harus begitu?"

"Kau tahu ada berapa sekolah di dunia sihir?"

Jungwon berusaha mengingat-ingat. "Empat puluh?"

"Yap dan apa menurutmu semua sekolah itu akan ikut turnamen yang hanya dilaksanakan selama sehari? Tentu tidak. Hanya empat sekolah teratas yang lolos kualifikasi yang diijinkan lanjut ke tahap turnamen. Sebenarnya turnamen di Walpurgis pada dasarnya hanya untuk memeriahkan saja. Inti acaranya adalah pertemuan dengan sekolah-sekolah lain."

Jungwon mengangguk mengerti dan setelahnya tidak ada percakapan lagi di antara mereka hingga mereka sampai di perpustakaan.

Mungkin Jungwon selamanya tidak akan terbiasa dengan dunia sihir. Perpustakaan sihir di Capitol begitu besar dan luas. Entah ada berapa lantai di sini. Rak-rak penuh buku berjejer rapi membentuk sebuah lengkungan besar dan bergelombang. Ada beberapa rak yang lebih kecil melayang-layang di sekitar mereka.

Sunoo tampaknya sudah sering ke sini karena dia bisa mencari buku yang dia butuhkan dengan sangat mudah. Dia bahkan tahu rak mana yang harus dia tuju meskipun rak-rak itu bergerak tak tentu arah.

Karena Jungwon hanya menemani saja, Jungwon memilih untuk melihat-lihat. Hatinya tertarik untuk mengambil sebuah buku berjudul Permulaan Dunia Sihir dan Kisah-Kisah Lainnya.

Jungwon berjalan menuju salah satu meja di mana tiga tumpuk buku pilihan Sunoo diletakkan. Dia sudah mendengar banyak tentang dunia sihir dari Nox, tapi soal sejarah bagaimana dunia sihir itu ada, Jungwon tidak begitu mengetahuinya.

Halaman-halaman di buku itu berisi tulisan-tulisan dengan font besar dan ilustrasi. Kalau dinilai dari tampilannya, sepertinya buku ini ditujukan untuk anak-anak di bawah usia 12 tahun.

Alkisah, pada zaman dahulu kala, seorang tuan tanah hendak membangun sebuah rumah mewah untuk istri keduanya. Rumah mewah itu rencananya akan dibangun sangat luas dan besar sehingga mengharuskan tuan tanah untuk menebang hutan.

"Rumah mewah?" Kepala Jungwon miring ke kiri. "Mungkin maksudnya kastil, ya?"

Salah satu pemuda desa yang merasa tak setuju dengan keinginan tuan tanah mengumpulkan seluruh warga desa untuk menuntut tuan tanah agar mengurungkan niatnya. Pemuda itu berpikir kalau tidak akan ada hal baik yang akan datang pada mereka bila mereka merusak alam.

Namun, tuan tanah yang bersikukuh pada hajatnya mengganggu pemuda itu dengan berbagai cara seperti sengaja membakar ladangnya atau merampok rumahnya. Dia juga menghasut warga desa yang lain dan membuat pemuda itu jadi penjahat di antara mereka.

"Sesungguhnya, pemuda itu hanya ingin menguasai tanah hutan untuk kepentingannya sendiri. Dengan dibangunnya mansion di atas tanah hutan ini, orang-orang dari penjuru negara akan datang berbondong-bondong ke tempat kalian. Ekonomi akan berputar dan kalian akan meraih kesuksesan yang kalian impikan."

POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang