26 - Buttercat

1K 184 16
                                    

Buttercat adalah spesies hewan sihir yang berbentuk kucing dengan sepasang sayap kupu-kupu. Hewan yang penampilannya sangat menggemaskan itu hanya makan sedikit dan tidak suka buang air sembarangan. Namun, ada alasan mengapa tidak ada satu pun keluarga di dunia sihir yang senang memeliharanya.

"Makhluk sombong," cibir Niki.

Sudah satu jam berlalu dan sulit sekali untuk mendapatkan perhatian dari hewan yang sialnya sangat imut itu. Sunoo bahkan sudah mengeluarkan semua jenis makanan dan mainan, tapi mereka tetap tidak berhasil.

Tugas pelajaran zoology hari ini adalah untuk menjinakkan hewan sihir yang diberikan kepada masing-masing kelompok. Mereka harus memasangkan kalung sebagai tanda bahwa mereka telah berhasil menjinakkannya. Setiap kelompok diberi hewan yang berbeda-beda dan semuanya memiliki tantangannya masing-masing.

Buttercat yang ditugaskan pada kelompok Jungwon adalah hewan yang sangat angkuh. Dia tidak mau dielus bahkan tidak mau diajak duduk di atas rumput. Oleh karena itu, Sunoo sampai menggelar tikar piknik yang untung saja tersimpan dalam subspacenya.

"Apa kita tanya lagi pada Mr. Boo?" usul Sunoo.

Jungwon menggeleng. "Jangan. Beliau sudah memberi kita sangat banyak mainan dan makanan. Aku merasa tak enak kalau meminta bantuan lagi."

"Hmm... tapi bagaimana ini? Katanya nilai hari ini akan dimasukkan jadi nilai ujian akhir semester kita."

"Kau benar," sahut Jungwon, dia lantas mengambil buku tebal tentang hewan-hewan di sampingnya. "Kita harus mencari cara lain."

"Lihat, lihat, tuan muda Jungwon sepertinya kesulitan di sini." Rico menghampiri Jungwon dengan antek-anteknya yang mengikuti di belakang. "Itu hanya seekor kucing kecil, kenapa tidak kau suruh dia untuk tidur di pangkuanmu dengan domination? Bukankah kau selalu melakukannya, Tuan Muda?"

Rico tidak benar-benar bermaksud saat dia memanggil Jungwon dengan sebutan 'tuan muda'. Dia lakukan itu semata-mata untuk menghinanya.

Jungwon hanya melirik sebentar, tak tertarik. "Bukan begitu caranya menjinakkan hewan. Aku pikir semua orang mengetahui itu, tapi rupanya tuan muda Ronwell sedikit punya masalah dalam memahami."

Ucapan Jungwon jelas-jelas membuat amarah Rico naik. Namun, anak itu berusaha untuk meredakannya. "Mr. Boo menugaskan kami seekor minotaur yang lebih besar dari punyamu."

Jungwon tidak menyadarinya tadi –karena dia tidak tertarik pada kelompok Rico bahwa seekor minotaur berukuran kecil sedang berada di samping mereka. Minotaur merupakan hewan yang cukup agresif, tapi bila kau mampu membuatnya diam dengan memberikannya makanan, itu sudah cukup untuk memasangkan kalung di lehernya. Jungwon enggan mengakuinya, tapi kelompok Rico memang sedikit lebih unggul daripada kelompoknya sekarang.

"Selamat, ya," balas Jungwon ogah-ogahan.

Merasa kalau dia tidak bisa memprovokasi Jungwon lagi, Rico langsung kembali ke tempatnya dengan menghentak kaki. Dalam hatinya dia bertekad, suatu hari dia akan membuat Jungwon kesal karena malu. Sama seperti Jungwon yang mempermalukannya di ujian masuk.

"Kau melakukan hal yang benar dengan tidak meladeninya," kata Niki. "Aku heran kenapa dia senang sekali mencari masalah denganmu."

"Sudah jangan dibahas lagi. Mari kita kembali fokus pada hewan kecil ini."

Semua cara telah mereka lakukan untuk membuat si kucing memperhatikan mereka. Jungwon bahkan sudah tidak lagi menghitung berapa banyak mainan yang mereka pakai.

Suatu waktu, bebek yang dibawa kelompok Sian berlari ke tikar piknik kelompok Jungwon. Bebek itu mengibaskan sayapnya yang basah dan penuh lumpur ke mana-mana. Spontan, Jungwon melindungi kucing itu, membiarkan seragamnya kotor oleh lumpur.

POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang