Sunghoon melangkah cepat menembus lorong-lorong kediaman Keluarga Charlotte. Sebuah kabar datang padanya pagi ini, bahwa Jungwon sudah sadar kembali setelah sebulan lamanya tertidur dalam ruang yang diciptakan oleh paladin dan sekarang mereka butuh bantuannya.
Ketika Sunghoon memasuki salah satu kamar, dia melihat Jungwon duduk di tepian kasur bersama Beomgyu dan Heeseung. Ada yang berbeda dari Jungwon, tapi Sunghoon tidak yakin apa itu.
"Saya datang," kata Sunghoon sambil menunduk sekilas.
"Oh, Verity!" Beomgyu mengatupkan telapak tangannya. "Tolong bantu dia, ya."
Sunghoon beralih pada Jungwon yang kelihatan segar bugar. Hanya gelagatnya saja yang sedikit aneh.
Sementara itu, Jungwon terus memperhatikan Sunghoon dengan mata berbinar. Rambut hitam gelap, kulit pucat, dan mata sehitam jelaga. Dalam novel yang Jungwon baca, itu adalah ciri-ciri salah satu karakter pendukung bernama Sunghoon Verity.
"Sunghoon Verity?" Jungwon menunjuk Sunghoon. "Wah, kau adalah salah satu karakter favoritku. Sungguh, aku masih tidak percaya aku masuk ke dalam novel."
Dahi Sunghoon berkerut. "Omong kosong apa yang sedang kau bicarakan?"
"Itulah kenapa kami minta bantuanmu," kata Heeseung. "Ku rasa, dia sedikit hilang ingatan."
Tanpa perlu menunggu penjelasan lebih banyak, Sunghoon mengeluarkan rantai penajam dari jari telunjuknya dan langsung menghantamkannya ke kepala Jungwon. Setelah beberapa saat Jungwon lalui dengan pandangan berputar-putar, pikirannya menjadi jelas.
Jungwon menunduk sambil melipat tangan di atas lutut. "Maafkan aku dan terima kasih."
"Kau sudah benar-benar ingat, kan, sekarang?" tanya Heeseung.
"Iya..."
Heeseung dan Beomgyu kompak menghembuskan napas lega. Dengan begini mereka bisa segera memberitahu Joseph Alsteris tanpa perlu merasa cemas kalau orang tua itu akan marah.
Jungwon mengerjap pelan. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sini?"
Pada hari pelaksanaan Walpurgis, Beomgyu menghabiskan waktu dengan berjalan di sekitar taman menara paladin sendirian. Ada setumpuk pekerjaan yang harus ia selesaikan di ruangannya, tapi Beomgyu benar-benar tidak sanggup bila harus menatap lembar-lembar itu lebih lama lagi.
Beomgyu berhenti untuk menyapa seorang anak lelaki yang sedang menyapu. "Anak baru, ya? Aku belum pernah lihat kamu di sini, tapi wajahmu familiar."
Pemuda itu tersenyum. "Yang di Ivy Tower."
"Ah!" Beomgyu menepuk tangannya sekali. "Anak yang bersama Jungwon! Siapa namamu?"
"Harua."
Singkat cerita, Harua harus menjalani hukuman karena telah meledakkan Ivy Tower. Akan tetapi, memenjarakan seorang anak usia sekolah yang sebenarnya merupakan korban dari kejahatan Ivy Tower benar-benar terdengar tidak manusiawi. Oleh karena itu, Dewan Pertimbangan menghukumnya dengan bekerja di menara paladin tanpa bayaran selama setahun.
"Aku benar-benar ingin menonton Walpurgis," kata Beomgyu lemas. Dia menyandarkan punggungnya di salah satu pohon. "Heeseung bodoh itu seenak sendiri menonton tanpaku. Menyebalkan."
"Bukankah Anda bisa sampai ke sana dengan cepat? Saya rasa, melihat sepotong-sepotong tidak ada ruginya. Saya dengar festivalnya juga sangat meriah," usul Harua.
"Benar juga! Apa aku pergi saja, ya?"
Baru Beomgyu hendak beranjak, tiba-tiba ledakan demi ledakan terdengar dari menara. Awan mendung mendadak datang menghalangi sinar matahari. Hewan-hewan serupa kelelawar raksasa muncul dari balik awan mendung itu dan menyerang menara.
![](https://img.wattpad.com/cover/348429128-288-k965560.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!