48 - Licus (1)

977 178 24
                                    

"Kau sungguh baik-baik saja?"

Sunoo mengangguk yakin. "Tidak apa."

Keesokan harinya, Jungwon, Niki, dan Sunoo pergi ke hutan di belakang akademi untuk menemui Licus –fenrir yang Jungwon bilang kalau ia kenal. Mereka berjalan mengendap-endap, bersembunyi di antara semak-semak dan pepohonan. Perbaikan hutan dan lapangan masih dilakukan. Mereka tidak boleh sampai ketahuan para pekerja atau mereka akan dicurigai.

"Kerusakannya lumayan juga," kata Jungwon.

"Pastinya," balas Niki "Kemunculan monster-monster itu sendiri sudah melubangi tanah dan merusak hutan, belum lagi dampak guncangannya. Yah, setidaknya hanya ada sedikit sisa dari monster itu untuk dibersihkan. Terima kasih pada duetmu dengan Kak Jake."

"Oh iya!" Jungwon menepuk dahi. "Aku lupa menjenguk Kak Jake."

"Kau bisa melakukannya setelah ini."

"Kau benar."

"Ayo jalan!"

Hutan yang digunakan sebagai lokasi Hunting Festival tidak jauh dari sana sehingga tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk sampai ke dataran salju. Tempat itu putih, langitnya mendung dan kosong. Suasananya betul-betul berbeda dari hutan lebat berlangit biru yang tadi mereka lewati.

"Licus!!!" Jungwon menggunakan seluruh kapasitas paru-parunya untuk berteriak sekeras yang ia bisa. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa hewan itu akan datang.

Niki memindai sekitar dengan wajah khawatir. "Kau yakin tidak salah nama, kan? Takutnya teriakanmu justru mengundang hewan buas yang tidak diinginkan."

"Tempat ini agak aneh," celetuk Sunoo.

"Aneh bagaimana?"

"Padahal penuh salju dan mendung, tapi sama sekali tidak terasa dingin."

Jungwon dan Niki baru sadar saat Sunoo mengatakannya. Mereka datang hanya dengan satu lapis pakaian. Jungwon bahkan pakai celana pendek selutut. Namun, tidak sedikit pun mereka merasa kedinginan.

"Itu karena tempat ini masih di perbatasan."

Niki langsung menahan napas, sementara Sunoo bersembunyi di belakangnya tatkala seekor serigala besar menghampiri mereka. Serigala itu dua kali lipat lebih tinggi dari mereka, cakarnya kira-kira seukuran badan Niki.

"Aku tidak mengira kau akan mencariku secepat ini, Jungwon."

"Licus, kau telah hidup sangat lama, kan?"

"Ya, cukup lama untuk menyaksikan sendiri bagaimana dunia sihir berkembang dari sepetak tanah sampai jadi dunia yang begitu luas dan besar."

Jungwon mengingat salah satu baris dari dongeng lima bersaudara yang pernah dia baca. Tentang bagaimana Ander mengangkat sepetak tanah ke langit dan dunia sihir tercipta darinya.

Itu artinya Licus sudah ada sejak permulaan dunia sihir.

"Aku butuh bantuanmu," kata Jungwon tanpa basa-basi.

"Apa itu?"

"Aku ingin kau memberitahuku semua hal tentang awal mula dunia sihir, tentang Solace dan apa yang terjadi pada lima bersaudara itu."

"Baiklah, ikuti aku. Tidak nyaman cerita sambil berdiri di sini."

Licus berbalik dan Jungwon langsung mengikuti langkahnya. Akan tetapi, Niki dan Sunoo bergeming.

Jungwon bertanya, "Kenapa diam saja? Dia meminta kita untuk mengikutinya."

"Oh ya?"

"Kalian tidak dengar?"

POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang