Setelah Jungwon menutup mata, Sunoo mengamankannya di dalam sebuah subspace yang dia letakkan tidak jauh dari tempatnya, sementara Niki sendirian menghalangi Ivarr dan para homunculus yang datang ke tempat mereka. Sunoo memperbarui mantra pelindungnya pada Niki setiap beberapa menit sekali. Sunoo takut seandainya mantra itu akan berhenti berfungsi di tengah jalan, jadi dia hanya terus menebalkannya lagi dan lagi.
Heeseung masih bertarung dengan Lotte dan tidak terlihat jelas siapa yang mengungguli siapa di antara mereka. Baik kecepatan maupun kekuatan mereka hampir seimbang. Dikatakan hampir karena sudah jelas kalau Lotte lebih kuat dari Heeseung, tapi Heeseung mampu menutupi kelemahannya dengan relik-relik yang terus menerus dia ganti selama pertarungan.
Saat Lotte menggerakkan tanah di sekitar Heeseung, Heeseung mengambil sebuah relik berbentuk cincin dan dia mengubah tanah itu menjadi butiran-butiran kelereng dengan jarinya.
Kelereng-kelereng itu berhenti di udara untuk beberapa saat dan ketika Heeseung menjentikkan jarinya, kelereng-kelereng itu langsung bergerak lurus secara cepat menuju Lotte. Bak ribuan tembakan peluru, Lotte tidak berhasil menghindari semuanya dan berakhir terluka meskipun itu pulih kembali tidak lama kemudian.
Heeseung berdecak. "Rasanya seperti melawan sesuatu yang bukan hanya kuat, tapi juga abadi."
Lotte mengambil kesempatan saat Heeseung sedang lengah untuk mendekati Jungwon, tapi untungnya Heeseung bergerak lebih cepat. Tangan Lotte menyentuh pundak Heeseung dan bila Heeseung tidak sedang dilindungi oleh mantra Beomgyu mungkin badannya bakal berlubang lagi.
"Beomgyu, aku tidak bisa terus seperti ini!" seru Heeseung. "Tolong buatkan kami ruang, pisahkan Lotte dan aku dari semua orang. Aku tidak bisa bertarung serius kalau harus sambil melindungi orang lain."
"Tidak mau. Bagaimana kalau kau mati tanpa sepengetahuanku?"
"Beomgyu!" Heeseung berteriak dengan wajah kesal.
"Bertarunglah seperti itu di tempat di mana aku bisa melihatmu."
Heeseung betulan ingin marah rasanya, tapi dia sadar kalau dia dan saudaranya tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama keras kepala. Salah satu dari mereka harus mengalah atau semuanya akan kacau dan itu adalah Heeseung yang harus mengalah sekarang.
Sebuah bola api berukuran raksasa dilepaskan ke arah Heeseung. Itu bukan bola api yang bisa dia tiup seperti punya Jungwon, jadi Heeseung harus melawannya dengan sihir juga.
Angin yang mulanya hanya hembusan tipis muncul dari lengan Heeseung dan berputar semakin cepat. Tepat ketika api itu hampir sampai pada Heeseung, angin itu memutar apinya hingga membentuk sebuah tornado api.
Meskipun tornado itu mengarah padanya, Lotte masihlah penyihir yang bisa melakukan teleportasi. Oleh karena itu, dia dengan cepat tiba di depan muka Heeseung. Hanya sepersekian detik sebelum kepala Heeseung terpotong, sebuah kotak mengurung Lotte di dalamnya.
"Kau pikir kau bisa mengurungku dengan sihir lemah seperti ini?" Lotte melirik pada Beomgyu.
Beomgyu mengangkat bahu. "Setidaknya, aku bisa menahanmu selama beberapa saat."
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Heeseung setelah ia sampai di samping Beomgyu.
"Tidak pernah sebaik ini. Aku harap Jungwon bisa lebih cepat lagi." Beomgyu mengamati bagaimana ruang yang dia buat untuk menahan Lotte perlahan mulai retak. "Kita mungkin tidak bisa bertahan lebih lama dari ini."
Tidak begitu jauh dari sana, Sunoo sempat melihat tornado api itu dan ia mendapatkan ide. "Niki, aku punya ide!"
Niki langsung mundur ke dekat Sunoo supaya bisa mendengarnya lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanficJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!