Saat Jungwon bangun, matahari sudah mulai terbenam. Serangan Federasi Kebebasan menyisakan bekas kekacauan yang mungkin akan butuh beberapa waktu untuk memulihkan semuanya.
Jungwon menghabiskan sisa senja itu dengan bersandar pada salah satu dinding dan mengamati semua orang dalam diam. Teman-temannya langsung menghampirinya setelah dia bangun dan mengajaknya bicara, tapi Jungwon tidak memberi mereka tanggapan apa-apa. Jungwon hanya berkedip dengan mulut terkatup rapat. Meskipun begitu, kedua temannya –Niki dan Sunoo tidak beranjak dari sisinya. Mereka duduk di kanan kiri Jungwon, bahkan menyandarkan kepala mereka di bahunya tanpa mengucapkan sepatah kata.
Jungwon tidak begitu yakin bagaimana perasaannya saat ini. Dia senang karena dunia sihir selamat dari bencana dan dia juga senang bahwa semua orang yang ia kenal juga hanya sedikit terluka. Namun, Jungwon entah mengapa merasa hampa.
"Kita menang, kan?" Jungwon akhirnya bersuara walau hanya berupa gumaman lirih. "Aku berhasil melindungi semuanya, kan? Tapi kenapa seperti ini rasanya?"
Solace mati untuk kedua kalinya dan Jungwon tidak bisa melakukan apa pun untuk melindungi gadis itu.
Kepergian Solace mungkin telah memengaruhi Jungwon lebih daripada yang ia kira. Sihir barunya yang menghubungkan dirinya dengan orang lain itu membuatnya jadi merasakan semua hal yang orang itu rasakan, termasuk kesedihannya.
Saat bahu Jungwon mulai bergetar, Niki dan Sunoo langsung memeluk anak itu dan menangis bersamanya. Ketiga anak itu bukan satu-satunya yang sedang menangis, ada banyak selain mereka yang juga meneteskan air mata untuk alasan yang berbeda-beda.
Kelegaan di antara kekhawatiran. Kebahagiaan di antara kesedihan. Rasa puas dan rasa kecewa yang beradu. Semua perasaan itu memenuhi dunia sihir dan membuat hujan turun dengan tetesan air yang berkilauan oleh sinar matahari.
Yeonjun menemukan tiga anak itu tertidur sangat nyaman dengan bersandar satu sama lain. Hujan tampaknya telah menyamarkan air mata yang sempat mengalir di wajah mereka dan hanya menyisakan wajah terlelap mereka yang terlihat damai.
Golem Yeonjun mengangkat tiga anak itu bersama-sama dan membawa mereka masuk ke dalam gedung akademi atau hujan akan membuat mereka kedinginan.
Yeonjun sempatkan dirinya untuk mengelus wajah mereka satu per satu. "Kalian sudah bekerja keras."
.
.
Ada banyak sekali hal yang harus dunia sihir perbaiki kali ini. Bukan hanya Akademi Polaris, tapi juga seluruh Capitol dan sekitarnya. Federasi Kebebasan merupakan organisasi yang jauh lebih besar daripada yang mereka sangka. Anggota organisasi itu ada di hampir setiap tempat dan membawa kekacauan di mana pun mereka berada. Bila tidak ada Dewan Pertimbangan yang melindungi Capitol, mungkin Capitol sudah jadi lautan darah.
Kabarnya, Ivy Tower membuka semua bangsal untuk orang-orang yang terluka. Mereka tidak lagi menarik bayaran yang tinggi, bahkan dalam beberapa kondisi mereka mau melakukan penyembuhan dengan gratis.
Mobil pengantar barang baru saja keluar melalui gerbang kediaman Alsteris saat Sunghoon sampai di sana. "Apa semua itu obat-obatan?" tanya Sunghoon pada Jungwon.
"Iya, salep luka dan pereda nyeri."
"Sekarang kau juga menjual obat, Jungwon? Ternyata kau ini multitalenta, ya."
"Tidak, itu semacam bantuan dari Alsteris."
Sunghoon kembali mengamati mobil pengantar barang yang masih belum pergi terlalu jauh. "Kau membuat semuanya sendiri?"
"Tidak lah," jawab Jungwon sambil menggeleng cepat. "Untuk apa pula aku melakukan semuanya sendiri ketika Alsteris punya banyak pembantu dan pengawal yang cakap?"
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!