6:30 AM
Sinar matahari masuk melalui celah-celah sempit pada gorden kamar Niki. Anak itu menggeliat kecil begitu cahaya jatuh mengenai wajahnya. Memaksa dirinya bangun, dia lalu menyibak selimut.
Niki berjalan gontai menuju kamar mandi. Dengan mata setengah tertutup dia menggosok gigi.
Dingin air membasuh wajahnya, membangunkannya sepenuhnya. Niki masih bisa melihat sisa memar di pundak akibat pertempuran kemarin dan sepertinya bakal hilang mungkin dalam beberapa hari kemudian.
Niki mengambil jaket dari lemari. Dia memakai topi untuk menutupi rambutnya yang berantakan dan juga sebuah earphone.
"Apa kakak sudah berangkat?" tanya Niki pada salah satu pelayan di rumahnya.
"Nona muda sudah berangkat sejak subuh tadi."
Niki menandaskan segelas air putih. "Rajin sekali," katanya sebelum melangkah pergi ke luar rumah.
.
.
7:00 AM
Perbukitan di belakang kediaman Rochephanta difungsikan sebagai tempat latihan pribadi. Terdapat jajaran hutan luas yang dibatasi oleh sebuah sungai panjang di sana. Tempat itu dulu juga digunakan oleh Jungwon untuk latihan demi mendapatkan kursi Octagon, walaupun akhirnya dia gagal karena kalah dari Heeseung.
Niki merenggangkan otot-ototnya dan melakukan beberapa gerakan pemanasan. Latihan rutin pagi adalah kewajiban bagi setiap anggota keluarga Rochephanta. Khususnya yang masih muda sepertinya.
Kalau diingat-ingat, terakhir kali Niki melihat ayah dan ibunya latihan mungkin dua tahun yang lalu. Sepertinya dia harus menegur mereka sebelum mereka terlalu banyak melewatkannya.
Saat Niki hendak mengambil ancang-ancang untuk berlari, dia melihat bumbungan asap debu di kejauhan. Asalnya dari arah hutan. Pepohonan roboh ditabrak oleh sesuatu yang besar dan kuat. Bunyi bedebum yang keras terdengar setelahnya, kemudian disusul oleh suara-suara berisik yang lain.
Niki menajamkan mata, kemudian menghembuskan napas panjang. "Abaikan. Abaikan..."
.
.
9:00 AM
"Selamat datang, Tuan Muda," sapa pelayan pada Niki. "Tuan dan Nyonya telah menunggu Anda untuk sarapan di meja makan."
"Ibuku juga ada di sini?"
"Ya, Nyonya baru saja tiba tiga puluh menit yang lalu."
Niki bergegas memutar arah. Dia melompat untuk mencapai balkon kamarnya di lantai dua. Secepat mungkin Niki mengeringkan badannya yang berkeringat, mengganti baju, dan menyisir rambut.
Ibunya pergi kira-kira enam bulan yang lalu untuk menyelesaikan urusan tambang keluarga mereka di pulau lain. Saking lamanya sang ibu tiada kabar, Niki sampai berpikir apakah ibunya sedang berniat untuk bercerai dengn ayahnya. Namun, pemikiran itu hanya sekelebat terlintas saja.
Meskipun ayah dan ibu Niki bukan pasangan yang romantis, memiliki tiga orang anak bukankah cukup untuk membuktikan bahwa mereka memiliki hubungan yang membara?
.
.
11:00 AM
Niki baru selesai mandi ketika dia mendengar ribut-ribut dari luar rumah. Dari jendelanya, dia melihat kakak perempuannya membawa seekor hoverboar berukuran super besar di pundaknya. Mungkin itu adalah hoverboar paling besar yang pernah Niki lihat sejauh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!