Karena Niki menghabiskan banyak waktu di sidang Dewan Pertimbangan –bahkan beberapa kali ikut ayahnya menyelidiki Federasi Kebebasan, dia memberi begitu banyak informasi yang Jungwon butuhkan. Jungwon mengumpulkan semua informasi itu hingga ia sampai pada sebuah kesimpulan.
"Kita harus tahu dulu apa yang akan mereka lakukan pada mayat Solace."
"Bagaimana caranya?" tanya Niki. "Bahkan kakekmu yang salah satu penyihir tertua tidak tahu banyak tentang Solace ini."
"Undine bilang kalau Solace sudah ada di danau itu lebih lama dari lumut tertua di sana..." Sunoo berpikir sebentar. "Berarti kita harus mencari tahu dari mereka yang usianya lebih tua lagi, mungkin setua dunia sihir sendiri."
"Memangnya ada orang yang hidup selama itu?"
Jungwon menyahut, "Tidak harus orang."
Di sinilah mereka berakhir, perpustakaan terbesar di Capitol. Segera setelah Sunoo diijinkan pulang, mereka langsung pergi ke perpustakaan bersama-sama. Begitu sampai, berbeda dengan Sunoo dan Jungwon yang langsung bergerak menyusuri rak-rak, Niki justru sempat limbung melihat banyaknya buku di depan matanya.
"Niki, apa yang kau lakukan? Ayo bantu cari!" tegur Jungwon.
"Aku alergi buku!" Niki berseru. Pada akhirnya, dia hanya membantu membawakan saja. Lagipula, Niki tidak tahu bagaimana mencari di antara buku sebanyak ini.
Mereka mengumpulkan dua tumpuk buku tentang hewan sihir dan makhluk mitologi di atas meja. Dalam hening, mereka kompak membalik-balik lembar buku-buku itu demi mencari hewan atau makhluk yang mungkin dapat memberi mereka informasi.
"Seharusnya aku mendengarkan penjelasan Mr. Boo dengan baik," celetuk Jungwon.
"Yah, siapa yang mengira kalau zoology akan berguna di situasi seperti ini."
"Tidakkah phoenix Taki bisa membantu? Bukankah phoenix itu abadi?" usul Niki.
Jungwon menimbang-nimbang, kemudian menggeleng. "Phoenix abadi karena dia bangkit dari abunya sendiri, bukan karena usianya benar-benar panjang. Selain itu, phoenix Taki bukanlah hewan melainkan spirit api."
"Memang beda, ya?"
"Iya."
Mereka merasa seperti berada di ujung jalan buntu. Banyak makhluk mitos yang tertulis di buku-buku itu, tapi tidak satu pun yang mengatakan di mana makhluk-makhluk itu berada. Percuma saja.
Akan tetapi suatu saat, pada halaman terakhir buku yang Sunoo pegang, Jungwon menunjuk. "Itu!"
"Hm? Fenrir?"
Jungwon mengangguk. "Licus! Aku tahu di mana dia berada."
"Tuan muda?"
Jungwon langsung merinding begitu ia mendengar suara Nox di balik punggungnya.
"Saya penasaran kenapa Anda belum juga sampai, padahal Tuan Paladin bilang kalian sudah pergi dari tadi pagi. Anda tahu berapa lama saya mencari?"
"Nox, aku bisa menjelaskan..."
"Anda harus pulang. Tuan Joseph tidak akan menyukai ini."
Jungwon tidak bisa melawan kalau Nox sudah menyebut nama kakeknya. Maka dari itu, Jungwon segera bangkit dari duduknya, lalu berjalan lemas. "Kalian harus pulang juga," kata Jungwon pada Niki dan Sunoo.
"Anda boleh membawa beberapa buku," tawar Nox.
Namun, Jungwon tidak membalasnya dan hanya berjalan mendahului. Anak itu bahkan sempat berdecak kesal dan melempar tatapan tak suka pada Nox.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!