"Jungwon, apa kau baik-baik saja?" tanya Sunoo.
Jungwon menggeleng pelan. Dia mengaduk-aduk makan siangnya dengan tatapan tak minat. "Aku tidak baik-baik saja."
"Kau menemukan sesuatu dari kunjunganmu ke Eden?" tanya Niki. "Apa itu melukaimu?"
"Kurang lebih begitu, tapi maaf karena aku belum bisa menceritakannya pada kalian untuk saat ini."
"Tidak apa." Sunoo mengelus-elus punggung tangan Jungwon, berharap itu sedikit menenangkannya. "Kau bisa menceritakannya kapan pun kau siap, tapi jangan lama-lama ya sedihnya? Kita, kan, masih punya ujian semester minggu depan. Kau harus semangat lagi, Jungwon."
Jungwon menarik sudut bibirnya. "Menyemangati seseorang dengan mengingatkannya pada ujian," lalu ia mengangguk-angguk. "Baiklah, kau berhasil, Sunoo."
Satu semester penuh masalah membuat Jungwon lupa untuk mengoleksi bintang emas. Kakeknya memang tidak mengatakan apa pun, tapi Jungwon merasa sedikit kecewa.
Jungwon itu walaupun kelihatannya santai, dia sebenarnya adalah seorang anak yang sangat ambisius. Oleh karena itu, dia harus mendapatkan peringkat tinggi di ujian semester minggu depan dan dia juga mengincar MVP di ujian praktek. Dengan begitu, Jungwon bisa memperoleh bintang emas yang diinginkannya.
"Apa lagi yang kau pikirkan?" Mata Niki memicing curiga. "Berhentilah membahayakan dirimu sendiri, Jungwon."
"Tidak, kok. Aku hanya sedang menentukan targetku untuk ujian nanti."
Niki hanya mendesah lelah, lalu melanjutkan makannya. Saat itu, tepat sebelum Jungwon memasukkan sendoknya ke dalam mulut, teriakan terdengar dari meja di samping mereka.
Salah seorang siswa memuntahkan darah dari mulutnya yang kemudian diikuti oleh siswa lainnya. Seseorang berseru, "Racun! Makanannya diracuni!"
Spontan, Jungwon menoleh pada Niki yang makanannya sudah habis setengah. "Niki!"
Niki menangkup darah yang keluar dari mulutnya dengan telapak tangan. "Wah sial," sebelum akhirnya menjatuhkan kepala ke atas meja.
Jungwon langsung mengecek Sunoo dan untung saja Sunoo belum memakan makanannya sama sekali karena sibuk memperhatikan Jungwon tadi. "Kau baik-baik saja?"
Sunoo mengangguk.
"Kita harus membawanya ke–" Jungwon menjeda kalimatnya. "Apa ruang kesehatan mampu saat ini?"
Benar saja, ruang kesehatan sangat penuh. Banyak siswa yang tidak mendapatkan tempat di sana. Seisi sekolah panik, bahkan beberapa healer dari luar akademi dipanggil untuk memulihkan kondisi siswa yang keracunan. Kalau begini situasinya, Jungwon tidak yakin apakah Niki bisa ditangani tepat waktu.
"Apa Niki akan baik-baik saja?" tanya Sunoo. "Darahnya banyak sekali."
"Sial, kita tidak punya waktu."
Kantin tadi sedang ramai-ramainya dan jumlah korban yang jatuh sangat banyak. Kalau menunggu mereka semua, Niki bisa dalam bahaya.
"Aku oke," lirih Niki yang saat ini sedang digendong Jungwon di punggungnya.
"Oke dari mana?! Sunoo, tolong ambilkan ponselku di kantong dan panggil Soobin ke sini."
Tepat sebelum jari Sunoo menekan tombol panggilan, sebuah kotak besar tiba-tiba muncul di halaman dekat ruang kesehatan. Ada Beomgyu berdiri di puncaknya. Tidak seperti terakhir kali Jungwon bertemu dengannya, Beomgyu memakai pakaian serupa jubah berwarna putih dan rambutnya yang sedikit panjang diikat ke belakang. Jungwon pikir itu mungkin pakaian resmi seorang paladin.
Kotak itu terbuka menampilkan sebuah ruangan dengan dinding bergelombang pelangi. Beomgyu bilang, "Masukkan anak-anak yang keracunan ke dalam sini. Aku akan menyembuhkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
POLARIS: The Academy of Magic | ENHYPEN
FanfictionJungwon menghabiskan hari-hari dengan menghindari penagih hutang yang mencari ayah brengseknya. Ketika Jungwon mulai putus asa akan masa depan, ayahnya memberitahu Jungwon sesuatu yang tak masuk akal. "Ibumu adalah seorang penyihir." !baku!