Chapter 59

47 2 1
                                    

Keesokan paginya, Naim memandang aku dengan wajah sedikit bersalah. "Sorry, Noah. I tak boleh teman you pergi jumpa doktor hari ni. Tengah hari nanti I ada meeting dengan client," katanya.

"It's okay, Naim. I pergi dengan Bob. Don't worry," balasku dengan tenang.

"Of course I'm worried," katanya dengan nada yang agak berlebihan, membuatkan aku tertawa kecil.

"Ish, dah la. You better makan sekarang. I dah siapkan sarapan," kataku sambil berjalan ke meja makan, menghidangkan makanan dan membuat secawan kopi untuknya.

Naim duduk dan tersenyum memandang aku. "Dah rasa macam ada wife," ujarnya berseloroh.

"Over betul," balasku sambil menggelengkan kepala, tetapi dia hanya ketawa.

"Okay, I'm done. Thanks for the breakfast. Masakan you tak pernah mengecewakan," pujinya sambil mengusap rambutku.

"Ish, rosak la rambut orang," rungutku kecil.

"Hahaha, cute," katanya sambil tertawa. "Okay la, I pergi dulu. Nanti bila you gerak dengan Bob, text me, okay Noah?" pesannya.

"Baik, boss. Oh, harini doktor kata kita boleh tahu gender baby," kataku.

"Ohh, I hope it's a girl, so I can spoil my princess," katanya bersemangat. My princess, gumamku dalam hati, berharap ucapan itu datang daripada Haikal.

"Kalau dia lelaki, how?" tanyaku kembali.

"I will teach him how to play football," jawabnya yakin. "No matter if it's a boy or girl, I will take care of them and spoil them," tambah Naim sambil mengusap lembut pipiku.

"Okay la, I gerak dulu. Jangan buat kerja berat-berat, okay?" pesan Naim lagi.

"Ye, boss," balasku sambil tersenyum kecil.

"Good boy. Bye," katanya sebelum keluar dari rumah. Aku hanya memandang dia pergi, kemudian memutuskan untuk tidur sekejap sebelum Bob datang.

Aku tersedar dari tidur setelah mendengar bunyi loceng rumah. Aku meraih telefon di sebelah katil dan melihat jam. "Shit, dah lambat," aku bergumam, cepat-cepat menuju ke pintu utama untuk membukanya.

Bob berdiri di luar dengan wajah yang annoyed. "Bij, kenapa lama sangat nak buka pintu? You know what time is it now? Aku dah call kau banyak kali but you didn't pick up," bebel Bob panjang lebar.

"Ye, ye, sorry. Aku terlajak tidur. Jap, bagi aku 5 minit siap. Kau nak minum apa-apa tak?" tanyaku.

"Boleh gak," jawab Bob, sambil melangkah masuk. Aku segera ke dapur dan menuangkan segelas air untuknya sebelum menghulurkan kepadanya.

"Thanks," ucap Bob.

"Jap, bagi aku siap dulu," kataku sambil berlalu ke bilik.

"Okay, mak buyung, cepat sikit!" gurau Bob. Aku mengambil bantal di sebelahku dan melemparkannya ke arah Bob.

"Adoi!" katanya sambil tertawa, tetapi aku tidak suka digelar mak buyung.

Ketika bersiap, aku melihat ke perutku yang semakin membuncit dan mengusapnya perlahan. Aku membuka almari, mencari pakaian yang sesuai untuk menutup perutku. Mataku tertumpu pada hoodie besar yang tergantung.

"Maybe ni Naim punya," gumamku. Aku mencubanya, dan hoodie itu kelihatan sangat besar, tetapi cukup selesa untuk dipakai.

Aku keluar dari bilik dan menuju ke ruang tamu, tempat Bob sedang menunggu. "Jom," ajakku.

Bob melihatku dengan wajah pelik. "Mana kau dapat hoodie besar ni?" soalnya.

"Tah, maybe ni Naim punya," jawabku selamba.

Kami pun keluar dari rumah, dan aku mengunci pintu sebelum masuk ke dalam kereta Bob. Kami berdua menuju ke klinik kesihatan untuk janji temu dengan doktor.

What you waiting for Where stories live. Discover now