"Benih apa yang kita sebar, itulah yang akan kita tuai."
Ardiaz Miryando
❤️❤️❤️
Dya celingukan di depan pintu ruang sekretariat OSIS. Sebuah ruangan yang berada di tengah taman antara deretan gedung kelas sebelas dan berbatasan langsung dengan lapangan sekolah itu lumayan ramai di jam pulang sekolah. Mungkin sedang mempersiapkan pergantian Ketua OSIS yang baru.
Teringat dengan pesan Ega bahwa proposal itu harus melalui persetujuan OSIS dulu dan kepala bidang intelektual yang membawahi ekskul majalah sekolah ingin bicara dengannya, maka sepulang sekolah Dya ke tempat itu.
"Dy, cari siapa?" sapa seorang gadis berkacamata. Namanya Amel. Teman sekelas Dya waktu kelas sepuluh.
"Mau kasih proposal acara yang dititipin ke aku." Dya menjelaskan.
"Memang acara apa, Dy?" tanya Amel lagi dengan wajah penasaran.
"Pekan Pers dari Majalah Teenlit. Ada banyak kegiatan lomba dan workshop. Mereka ngundang sekolah kita untuk ikut berpartisipasi."
"Oh, itu sih ke Diaz aja. Acara Pekan Pers ini ada hubungan dengan kegiatan ekskul majalah sekolah dan majalah sekolah itu ada di bawah pembinaan bidang intelektual OSIS. Diaz itu ketua bidangnya." Amel menanggapi.
"Diaz?" tanya Dya dengan wajah keheranan.
Sejak kapan Diaz jadi pengurus OSIS dan kenapa Dya sama sekali tidak tahu?
Entah pertanyaan-pertanyaan dalam kepalanya itu harus ia tujukan kepada siapa. Rasa tidak senangnya kemarin saat tahu Diaz menjadi kontributor tetap di Majalah Teenlit belum hilang, sekarang bertambah lagi dengan kenyataan yang baru ia dengar.
Kenapa akhir-akhir ini Diaz seolah hadir dalam setiap lini kehidupannya? Apa Diaz itu salah satu bentuk makhluk tak kasat mata yang bisa membaca pikiran seseorang sehingga akan bisa menebak dan pergi secepat kilat ke tempat di mana Dya berada?
"Hei, kok bengong?" suara Amel itu kembali menginterupsi dunia penuh tanyanya.
"Ngomong-ngomong, sejak kapan Diaz aktif di OSIS?"
Pada akhirnya Dya berhasil keluar dari lilitan dunia penuh pertanyaannya. Memutuskan untuk bertanya tak peduli Amel akan menyebutnya kuper atau apa.
"Dari kelas X dia udah aktif, kok. Cuma memang enggak pernah kelihatan di publik karena kerjanya di belakang layar. Ini aja jadi kepala bidang intelektual OSIS karena gantiin Tari yang mengundurkan diri."
"Oh."
Hanya itu respons Dya usai mendengar penjelasan Amel dan ia bersyukur gadis itu tidak mengatainya kuper karena tidak tahu informasi sejenis itu.
Dya menimbang apakah akan menemui Diaz di sana atau di kelas. Bukankah ini kesempatannya mendekati pemuda itu? Terlalu banyak hal yang berkaitan dengan pemuda itu yang membuat Dya penasaran belakangan ini. Persetan dengan perasaan malunya usai tadi pagi dipergoki Aksa sedang memperhatikan Diaz.
![](https://img.wattpad.com/cover/200262827-288-k779589.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dopamin Love
Teen FictionAnindya Milena dan Ardiaz Miryando selalu bersaing untuk menyandang predikat siswa terbaik di sekolahnya. Persaingan seolah manjadi dopamin yang membuat mereka ketagihan karena bagi keduanya, juara itu hanya ada satu. Segala macam cara mereka lakuk...