"Tidak ada seorang pun yang menyukai pencapaian orang lain."
Redupasa
❤️❤️❤️
Matahari sudah bergeser ke titik seperempat langit di sebelah Barat ketika Dya dan sang Mama keluar dari rumah sakit. Pemeriksaan CT Scan yang harus dijalani Dya ternyata berlangsung lebih lama dari yang seharusnya. Ada beberapa pasien lain yang juga melakukan pemeriksaan sehingga Dya dan sang mama harus menunggu antrian.
Hasil CT Scan-nya akan keluar sekitar dua sampai tiga hari. Katanya pihak rumah sakit akan menghubungi sang mama.
"Kamu gak apa-apa kalau mama mampir sebentar ke kantor?" tanya sang mama ketika mereka sudah berada di pelataran rumah sakit. Ketegangan yang terjadi di antara mereka ketika dalam perjalanan menuju laboratorium tadi sudah mencair. Mereka sudah mengobrol seperti biasa lagi.
Dya mengangguk seraya tersenyum penuh semangat. Dya selalu suka tempat kerja mamanya. Penuh kesibukan, penuh aktivitas, penuh semangat, dan penuh deadline. Suasana di sana begitu hidup dan bisa menularkan energi positif pada setiap orang yang berada di sana.
Mamanya bekerja sebagai pemimpin redaksi sebuah majalah remaja ternama mingguan ibukota. Majalah yang selama ini menjadi langganan bacaan Dya karena sang mama akan membawa pulang bukti cetaknya setiap kali jadwal terbit.
Sang mama orang yang cukup sibuk. Sebagai otak sebuah media yang harus selalu menyajikan informasi terbaru, kadang harus menyelesaikan pekerjaannya walaupun sudah berada di rumah. Kadang harus datang ke kantor ketika dibutuhkan seperti yang dilakukan oleh sang mama hari itu. Berkoordinasi dengan seluruh kru ketika menjelang deadline terbit. Sering mengisi seminar atau pelatihan juga di luar kota.
Saat mamanya pergi untuk menemui atasannya, Dya memutuskan untuk berkeliling sebentar. Seingatnya, sudah lebih dari lima kali Dya berkunjung ke sana dan suasana kantor itu belum banyak berubah.
Di dekat pintu masuk ada semacam papan informasi yang memuat bocoran rubrik untuk terbitan selanjutnya. Seolah ingin mengingatkan seluruh tim redaksi, mereka harus mengerjakan apa. Beberapa tim redaksi yang sudah mengenal Dya akan tersenyum dan menyapa saat melewatinya.
"Lagi nunggu mama ya, Dy?" sapa Mbak Indri yang Dya tahu adalah pengasuh rubrik event remaja kreatif. Beberapa kali Mbak Indri ini pernah meliput saat sekolah Dya mengadakan acara. Dibanding tim redaksi yang lain, Dya lebih akrab dengan Mbak Indri.
"Eh, iya Mbak," sahut Dya seraya tersenyum.
"Kebetulan ketemu kamu di sini. Mbak mau tanya-tanya, boleh?"
"Tanya apa, Mbak?"
"Majalah Teenlit mau ngadain pekan pers bulan depan. Banyak lomba yang digelar untuk tingkat SMA." Mbak Indri memulai ceritanya seraya menarik Dya ke arah sofa yang ada di ruang depan.
"Lomba apa aja itu, Mbak?" tanya Dya antusias.
"Ada lomba mading, lomba liputan event, lomba cerpen, lomba puisi, lomba esai, dan pameran fotografi. Ada workshop kepenulisan dan jurnalistik juga. Kira-kira di sekolah kamu alurnya gimana kalo mau masukin undangan event begitu? Ke wakil kepala sekolah bidang kesiswaan atau bisa langsung ke OSIS?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dopamin Love
Roman pour AdolescentsAnindya Milena dan Ardiaz Miryando selalu bersaing untuk menyandang predikat siswa terbaik di sekolahnya. Persaingan seolah manjadi dopamin yang membuat mereka ketagihan karena bagi keduanya, juara itu hanya ada satu. Segala macam cara mereka lakuk...